Jumat, 05 Agustus 2016

10 Hal ini Sering Dilakukan oleh Santri Baru Ketika Mereka Mulai Tidak Betah di Pesantren

10 Hal ini Sering Dilakukan oleh Santri Baru  Ketika Mereka Mulai Tidak Betah di Pesantren
“ Jika engkau satu tahun tidak betah di pesantren, cobalah dua tahun. Jika dua tahun belum betah, cobalah tiga tahun. Jika tiga tahun belum betah, cobalah empat tahun. Jika empat tahun belum betah, cobalah lima tahun. Jika lima tahun belum betah, cobalah enam tahun. Jika enam tahun juga belum betah, dan engkau sudah menyelesaikan pendidikan dengan tuntas di pesantren, barulah engkau boleh pulang”
Itulah sebaris nasehat dari sang ustadz untuk santri di pesantren. Betah tidak betah itu memang hal yang wajar sebenarnya terjadi pada setiap orang, ada yang tidak betah bekerja di kantor baru, perusahaan baru atau dengan pekerjaan barunya, pun hal yang sama dirasakan oleh santri baru masuk pesantren. Santri baru sering “patah” disaat masa-masa beradaptasi dengan keadaan pesantren. Hal ini tidak terlepas dari sesuatu yang beda yang dialaminya dengan dunia sebelumnya.
Nah, apa saja tanda-tanda santri baru merasa kurang betah di pesantren, berikut ada beberapa poin yang barangkali bisa dicermati oleh dewan guru ataupun orang tua wali. Tentunya rasa tidak betah santri ini masih bisa dicegah dengan berbagai upaya.

1. Sering Telponan (Komunikasi)
Salah satu tanda santri baru merasa kurang betah di pesantren adalah sering telponan. Ia senantiasa selalu ingin berkomunikasi dengan orang tuanya di rumah. Santri tersebut pun tidak jarang mengeluh terhadap apa yang ia rasakan selama di pesantren, dia mengeluh kegiatannya, makananya dan sebagainya.
Para orang tua patut mencermati dengan keluhan tersebut, tidak semua keluhan anak perlu ditanggapi. Sebaiknya para orang tua berkomunikasi langsung dengan wali kelas atau wali asramanya untuk mengkonfirmasi langsung tentang keluhan anak tersebut.
Jika yang berkenanaan dengan kesehatan anak, maka itu perlu di kroscek langsung. Karena ada banyak sekali hal yang dikeluhkan oleh si anak yang pada akhirnya ia meminta untuk dikunjungi kemudian minta pulang ke rumah.


2. Sering Mengeluh
Keluhan anak sering membuat orang tua wali panik, makanya disini para orang tua harus cermat dalam menanggapinya. Bagi santri baru mengeluh memang hal yang biasa, karena ia belum sepenuhnya beradaptasi dengan keadaan pesantren. Ia mengeluh akan makananya, pelajarannya, kegiatannya, disiplinnya dan sebagainya.
Ketika anak mengeluh para orang diharapkan agar mampu memahamkan si anak terhadap sesuatu yang ia keluhkan, memahamkan manfaat dan tujuan dari apa yang ia keluhkan, misalnya manfaat dari disiplin dan sebagainya. Sehingga ia paham dan tidak akan mengeluh lagi di kemudian hari.


3. Sering Minta Dikunjungi
Ini adalah dari sekian banyak tujuan santri yang sering telponan atau menghubungi orang tuanya. Mereka pada akhirnya minta untuk dikunjungi oleh orang tuanya. Maka disini para orang juga harus mahir menanggapinya. Jangan langsung ditanggapi bahwa bapak ibu langsung akan mengunjunginya segera pada hari tersebut. Katakan kepada anak bapak ibu bahwa jika ada kesempatan insyaallah akan dikunjungi. Pahami ia dengan dengan kesibukan bapak ibu sehingga tidak bisa mengunjunginya. Kalau bapak ibu menjanjikan segera akan mengunjungi pada hari tersebut, maka ia akan menunggu kadatangan bapak ibu.
Para santri baru ini kerap kali menunggu orang tua yang sudah menjanjikan akan mengunjungi, bahkan mereka memilih tidak mengikuti kegiatan lain demi menunggu orang tuanya. Maka ia akan sangat kecewa setelah orangtuanya berjanji, tapi kebetulan tiba-tiba orang tua tidak bisa datang. Maka para orang tua sebaiknya jangan janjikan sesuatu yang belum pasti kepada anak, karena mengunjungi anak terlalu sering pun juga tidak baik.

4. Sering Sakit-Sakitan
Istilah “sakit-sakitan” sering dialamatkan kepada santri terlalu sering sakit. Yang setiap hari santri tersebut dalam keadaan sakit, yang setiap kegiatan pesantren ia tidak ikuti karena sakit, sering tidak masuk kelas dan sebagainya. Pada dasarnya tidak ada manusia yang mengharapkan dilanda penyakit, tapi yang namanya hidup adakalanya kita sehat adakalanya kita sakit. Itu semua karena ketentuan Allah semata. Maka sebagai ikhtiar kita berusaha untuk menjaga kesehatan dengan sebaik mungkin.
Keanekaragaman santri tentunya punya prinsip yang berbeda diantara mereka. Ada santri yang tidak terlalu manja terhadap penyakit, ketika terkena penyakit yang sifatnya tidak terlalu parah dan membahayakan, maka ia akan memilih melawan penyakit tersebut dengan tetap mengikuti kegiatan pesantren. Namun, ada sebahagian santri yang agak sedikit manja dengan penyakit, maka penyakit yang ringan pun akan ia jadikan sebagai alasan untuk  tidak mengikuti berbagai kegiatan, bahkan diantara mereka juga tidak jarang yang berpura-pura sakit karena malas mengikuti kegiatan tertentu. Santri yang terlalu sering sakit, lebih cenderung tidak betah di pesantren yang berujung minta pindah.

5. Sering Tidak Masuk Kelas
Ini bagian dari pada rasa malas pada santri. Ia kerap kali malas mengikuti kegiatan formal pesantren dengan berbagai alasan, salah satunya sakit seperti yang dijelaskan diatas. Sering tidak masuk kelas atau mengikuti pengajian juga dapat mengurangi rasa betah santri. Dengan banyaknya absen dikelas maka semakin tertinggal pengetahuannya dan berpengaruh pada nilai hariannya.
Ketika banyaknya pelajaran tidak dia ikuti, maka dia akan kewalahan dan semakin tertinggal dengan kawannya yang lain. Ketika dia merasa satu-satunya orang yang tertinggal dalam kelas dan ia tidak sanggup lagi mengejar ketertinggalan tersebut, lambat laun ia akan mengalah dan akhirnya memilih untuk hengkang dari pesantren.

6. Sering Minta Izin Pulang
Terlalu kangen dengan suasana atau fasilitas di rumahnya membuat santri sering sekali timbul rasa ingin pulang. Mengeluh dengan segala kegiatan dan keadaan pesantren adalah salah satu pemicu santri ingin selalu berada di rumah. Ia akan sering menelpon orangtuanya meminta untuk dijemput. Maka bagi siapa saja yang ingin anaknya masuk ke pesantren maka siapkan dia terlebih dahulu, siapkan mentalnya dengan tidak terlalu memanjakan. Bertahan tidak bertahannya santri di pesantren itu sangat tergantung pada mental santri tersebut.

7.   Sering Minta Dibawa Makanan Yang Super Enak
Soal makanan memang tidak semua orang mampu menerima berbagai macam makanan. Dengan berbagai macam alasan, ada yang bermasalah dengan penyakit yang ia derita dan sebagainya. Makanan di pesantren digilir dengan kelasnya masing-masing, mulai dari yang tidak enak, sedikit enak hingga yang enak sekali (sederhana). Itu semua bertujuan agar para santri terbiasa dengan berbagai macam makanan, karena kelak ia akan hidup diantara enak dan tidak enak, antara senang dan susah atau susah dahulu senang kemudian dan sebaliknya.
Maka sangat sulit bagi santri yang sudah terbiasa dengan makanan yang selalu enak, ia kerap kali mengeluh kepada orang tuanya untuk selalu minta dibawakan makanan yang enak. Pertanyaannya sampai kapan ia akan terus bergantung pada makanan enak, sampai kapan ia akan bergantung kepada orang tua. Karena hidup tidak selamanya mudah.

8. Sering Menyendiri
Salah satu panca jiwa pesantren adalah ukuwah islamiyah, dengan tujuan para santri agar hidup di pesantren seperti dengan saudara sendiri, saling bersatu dan mengajak untuk kebaikan. Maka kalau ada santri yang menyindiri sangat kita sayangkan dengan banyaknya teman yang ada di pesantren. Biasanya santri yang suka menyendiri santri baru yang masih kental sekali ingatannya ke rumah, dia merindukan orang tua, merindukan adik abangnya dan merindukan dengan keadaan rumah. Santri yang sering menyendiri harus di waspadai oleh dewan guru ataupun walinya karena ketidakbetahan ada sama dia.


9.  Sering Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
Ada berbagai alasan santri yang sering tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, ada yang sakit, ada yang pura-pura sakit karena ia tidak menyukai kegiatan ekstrakurikuler tertentu dan ada yang memang tidak ingin ikut sama sekali. Kalau kita tinjau dari sisi kegunaannya ekstrakurikuler sangat berguna bagi santri, untuk meningkatkan skill dan melatih mental mereka. Selain itu juga bisa menambah rasa kebetahan santri baru, apa lagi kegiatan yang bersifat outdoor seperti pramuka dan sebagainya.


10.  Sering Melanggar Disiplin
Bagi santri baru pelanggaran yang sering dilakukan adalah pelanggaran yang ringan seperti, terlambat ke mesjid, kadang tidak ke mesjid karena sudah terlambat. Tapi ingat ! pelanggaran ringan yang sering dilakukan akan menjadi pelanggaran berat. Terlalu sering melanggar disiplin juga berpengaruh pada kebetahan santri tersebut. Semakin banyak dia melanggar tentunya semakin banyak hukuman yang ia dapatkan, meskipun hukuman tersebut juga hukuman yang ringan. Karena untuk santri baru biasanya sangsi yang diberikan ada klasifikasinya tersendiri.
Meskipun ringan akan terasa berat bagi mereka, karena sebelumnya mereka hidup tanpa adanya displin seperti di pesantren. Dan orang tua harus paham, bahwa disiplin ditegakkan untuk mereka untuk pembiasaan, biar mereka selalu hidup dalam keadaan berdisplin nantinya.

            Biasanya santri baru yang sering melanggar, ianya akan cepat terkenal di pesantren, dan kebanyakan anak yang sering melanggar anak yang aktif dan kreatif. Juga tidak jarang pelanggaran yang ia lakukan tidak melibatkan orang lain, yang paling bahaya adalah pelanggaran yang melibatkan anak lain. Sering sekali para ustadz di pesantren mengingatkan kepada santri yang sering melanggar, jika tidak mau berubah, cukup libatkan diri sendiri jangan ajak yang lain, jangan pengaruhi orang lain. Nah ! 

Bagikan

Jangan lewatkan

10 Hal ini Sering Dilakukan oleh Santri Baru Ketika Mereka Mulai Tidak Betah di Pesantren
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.