“ Jika
engkau satu tahun tidak betah di pesantren, cobalah dua tahun. Jika dua tahun
belum betah, cobalah tiga tahun. Jika tiga tahun belum betah, cobalah empat
tahun. Jika empat tahun belum betah, cobalah lima tahun. Jika lima tahun belum
betah, cobalah enam tahun. Jika enam tahun juga belum betah, dan engkau sudah
menyelesaikan pendidikan dengan tuntas di pesantren, barulah engkau boleh
pulang”
Itulah
sebaris nasehat dari sang ustadz untuk santri di pesantren. Betah tidak betah
itu memang hal yang wajar sebenarnya terjadi pada setiap orang, ada yang tidak
betah bekerja di kantor baru, perusahaan baru atau dengan pekerjaan barunya,
pun hal yang sama dirasakan oleh santri baru masuk pesantren. Santri baru
sering “patah” disaat masa-masa beradaptasi dengan keadaan pesantren. Hal ini
tidak terlepas dari sesuatu yang beda yang dialaminya dengan dunia sebelumnya.
Nah,
apa saja tanda-tanda santri baru merasa kurang betah di pesantren, berikut ada
beberapa poin yang barangkali bisa dicermati oleh dewan guru ataupun orang tua
wali. Tentunya rasa tidak betah santri ini masih bisa dicegah dengan berbagai
upaya.
1. Sering Telponan
(Komunikasi)
Salah
satu tanda santri baru merasa kurang betah di pesantren adalah sering telponan.
Ia senantiasa selalu ingin berkomunikasi dengan orang tuanya di rumah. Santri
tersebut pun tidak jarang mengeluh terhadap apa yang ia rasakan selama di
pesantren, dia mengeluh kegiatannya, makananya dan sebagainya.
Para
orang tua patut mencermati dengan keluhan tersebut, tidak semua keluhan anak
perlu ditanggapi. Sebaiknya para orang tua berkomunikasi langsung dengan wali
kelas atau wali asramanya untuk mengkonfirmasi langsung tentang keluhan anak
tersebut.
Jika
yang berkenanaan dengan kesehatan anak, maka itu perlu di kroscek langsung.
Karena ada banyak sekali hal yang dikeluhkan oleh si anak yang pada akhirnya ia
meminta untuk dikunjungi kemudian minta pulang ke rumah.
2. Sering
Mengeluh
Keluhan
anak sering membuat orang tua wali panik, makanya disini para orang tua harus
cermat dalam menanggapinya. Bagi santri baru mengeluh memang hal yang biasa,
karena ia belum sepenuhnya beradaptasi dengan keadaan pesantren. Ia mengeluh
akan makananya, pelajarannya, kegiatannya, disiplinnya dan sebagainya.
Ketika
anak mengeluh para orang diharapkan agar mampu memahamkan si anak terhadap
sesuatu yang ia keluhkan, memahamkan manfaat dan tujuan dari apa yang ia
keluhkan, misalnya manfaat dari disiplin dan sebagainya. Sehingga ia paham dan
tidak akan mengeluh lagi di kemudian hari.
3. Sering
Minta Dikunjungi
Ini
adalah dari sekian banyak tujuan santri yang sering telponan atau menghubungi
orang tuanya. Mereka pada akhirnya minta untuk dikunjungi oleh orang tuanya.
Maka disini para orang juga harus mahir menanggapinya. Jangan langsung
ditanggapi bahwa bapak ibu langsung akan mengunjunginya segera pada hari
tersebut. Katakan kepada anak bapak ibu bahwa jika ada kesempatan insyaallah
akan dikunjungi. Pahami ia dengan dengan kesibukan bapak ibu sehingga tidak
bisa mengunjunginya. Kalau bapak ibu menjanjikan segera akan mengunjungi pada
hari tersebut, maka ia akan menunggu kadatangan bapak ibu.
Para santri
baru ini kerap kali menunggu orang tua yang sudah menjanjikan akan mengunjungi,
bahkan mereka memilih tidak mengikuti kegiatan lain demi menunggu orang tuanya.
Maka ia akan sangat kecewa setelah orangtuanya berjanji, tapi kebetulan
tiba-tiba orang tua tidak bisa datang. Maka para orang tua sebaiknya jangan
janjikan sesuatu yang belum pasti kepada anak, karena mengunjungi anak terlalu
sering pun juga tidak baik.
4. Sering
Sakit-Sakitan
Istilah
“sakit-sakitan” sering dialamatkan kepada santri terlalu sering sakit. Yang setiap
hari santri tersebut dalam keadaan sakit, yang setiap kegiatan pesantren ia
tidak ikuti karena sakit, sering tidak masuk kelas dan sebagainya. Pada
dasarnya tidak ada manusia yang mengharapkan dilanda penyakit, tapi yang
namanya hidup adakalanya kita sehat adakalanya kita sakit. Itu semua karena
ketentuan Allah semata. Maka sebagai ikhtiar kita berusaha untuk menjaga
kesehatan dengan sebaik mungkin.
Keanekaragaman
santri tentunya punya prinsip yang berbeda diantara mereka. Ada santri yang tidak
terlalu manja terhadap penyakit, ketika terkena penyakit yang sifatnya
tidak terlalu parah dan membahayakan, maka ia akan memilih melawan penyakit
tersebut dengan tetap mengikuti kegiatan pesantren. Namun, ada sebahagian
santri yang agak sedikit manja dengan penyakit, maka penyakit yang ringan pun
akan ia jadikan sebagai alasan untuk
tidak mengikuti berbagai kegiatan, bahkan diantara mereka juga tidak
jarang yang berpura-pura sakit karena malas mengikuti kegiatan tertentu. Santri
yang terlalu sering sakit, lebih cenderung tidak betah di pesantren yang
berujung minta pindah.
5. Sering Tidak Masuk Kelas
Ini
bagian dari pada rasa malas pada santri. Ia kerap kali malas mengikuti kegiatan
formal pesantren dengan berbagai alasan, salah satunya sakit seperti yang
dijelaskan diatas. Sering tidak masuk kelas atau mengikuti pengajian juga dapat
mengurangi rasa betah santri. Dengan banyaknya absen dikelas maka semakin
tertinggal pengetahuannya dan berpengaruh pada nilai hariannya.
Ketika
banyaknya pelajaran tidak dia ikuti, maka dia akan kewalahan dan semakin
tertinggal dengan kawannya yang lain. Ketika dia merasa satu-satunya orang yang
tertinggal dalam kelas dan ia tidak sanggup lagi mengejar ketertinggalan
tersebut, lambat laun ia akan mengalah dan akhirnya memilih untuk hengkang dari
pesantren.
6. Sering Minta Izin Pulang
Terlalu
kangen dengan suasana atau fasilitas di rumahnya membuat santri sering sekali
timbul rasa ingin pulang. Mengeluh dengan segala kegiatan dan keadaan pesantren
adalah salah satu pemicu santri ingin selalu berada di rumah. Ia akan sering
menelpon orangtuanya meminta untuk dijemput. Maka bagi siapa saja yang ingin
anaknya masuk ke pesantren maka siapkan dia terlebih dahulu, siapkan mentalnya
dengan tidak terlalu memanjakan. Bertahan tidak bertahannya santri di pesantren
itu sangat tergantung pada mental santri tersebut.
7. Sering Minta Dibawa
Makanan Yang Super Enak
Soal
makanan memang tidak semua orang mampu menerima berbagai macam makanan. Dengan
berbagai macam alasan, ada yang bermasalah dengan penyakit yang ia derita dan
sebagainya. Makanan di pesantren digilir dengan kelasnya masing-masing, mulai
dari yang tidak enak, sedikit enak hingga yang enak sekali (sederhana). Itu
semua bertujuan agar para santri terbiasa dengan berbagai macam makanan, karena
kelak ia akan hidup diantara enak dan tidak enak, antara senang dan susah atau
susah dahulu senang kemudian dan sebaliknya.
Maka
sangat sulit bagi santri yang sudah terbiasa dengan makanan yang selalu enak,
ia kerap kali mengeluh kepada orang tuanya untuk selalu minta dibawakan makanan
yang enak. Pertanyaannya sampai kapan ia akan terus bergantung pada makanan
enak, sampai kapan ia akan bergantung kepada orang tua. Karena hidup tidak
selamanya mudah.
8. Sering Menyendiri
Salah
satu panca jiwa pesantren adalah ukuwah islamiyah, dengan tujuan para santri
agar hidup di pesantren seperti dengan saudara sendiri, saling bersatu dan
mengajak untuk kebaikan. Maka kalau ada santri yang menyindiri sangat kita
sayangkan dengan banyaknya teman yang ada di pesantren. Biasanya santri yang
suka menyendiri santri baru yang masih kental sekali ingatannya ke rumah, dia
merindukan orang tua, merindukan adik abangnya dan merindukan dengan keadaan
rumah. Santri yang sering menyendiri harus di waspadai oleh dewan guru ataupun
walinya karena ketidakbetahan ada sama dia.
9. Sering Tidak Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler
Ada
berbagai alasan santri yang sering tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,
ada yang sakit, ada yang pura-pura sakit karena ia tidak menyukai kegiatan
ekstrakurikuler tertentu dan ada yang memang tidak ingin ikut sama sekali.
Kalau kita tinjau dari sisi kegunaannya ekstrakurikuler sangat berguna bagi
santri, untuk meningkatkan skill dan melatih mental mereka. Selain itu juga
bisa menambah rasa kebetahan santri baru, apa lagi kegiatan yang bersifat
outdoor seperti pramuka dan sebagainya.
10. Sering
Melanggar Disiplin
Bagi santri baru pelanggaran yang
sering dilakukan adalah pelanggaran yang ringan seperti, terlambat ke mesjid,
kadang tidak ke mesjid karena sudah terlambat. Tapi ingat ! pelanggaran ringan
yang sering dilakukan akan menjadi pelanggaran berat. Terlalu sering melanggar
disiplin juga berpengaruh pada kebetahan santri tersebut. Semakin banyak dia melanggar
tentunya semakin banyak hukuman yang ia dapatkan, meskipun hukuman tersebut
juga hukuman yang ringan. Karena untuk santri baru biasanya sangsi yang
diberikan ada klasifikasinya tersendiri.
Meskipun
ringan akan terasa berat bagi mereka, karena sebelumnya mereka hidup tanpa
adanya displin seperti di pesantren. Dan orang tua harus paham, bahwa disiplin
ditegakkan untuk mereka untuk pembiasaan, biar mereka selalu hidup dalam
keadaan berdisplin nantinya.
Biasanya
santri baru yang sering melanggar, ianya akan cepat terkenal di pesantren, dan
kebanyakan anak yang sering melanggar anak yang aktif dan kreatif. Juga tidak
jarang pelanggaran yang ia lakukan tidak melibatkan orang lain, yang paling
bahaya adalah pelanggaran yang melibatkan anak lain. Sering sekali para ustadz
di pesantren mengingatkan kepada santri yang sering melanggar, jika tidak mau
berubah, cukup libatkan diri sendiri jangan ajak yang lain, jangan pengaruhi
orang lain. Nah !
Bagikan
10 Hal ini Sering Dilakukan oleh Santri Baru Ketika Mereka Mulai Tidak Betah di Pesantren
4/
5
Oleh
Kasel