Tampilkan postingan dengan label negeri santri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label negeri santri. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 November 2018

7 Tips Memilih Pesantren Yang Baik Untuk Kelanjutan Pendidikan Anak


7 Tips Memilih Pesantren Yang Baik Untuk  Kelanjutan Pendidikan Anak

Saat ini pesantren menjadi salah satu lembaga pendidikan anak yang menjadi solusi untuk menghindari dari pergaulan bebas, yang hari ini  sangat meresahkan dikalangan remaja dan pemuda. Banyak orang tua lebih memilih pesantren dengan segala pertimbangan untuk mencegah hal-hal buruk terjadi pada anak. Dan terbukti, setiap tahunnya, rata-rata pesantren di seluruh Indonesia menampung santri dengan jumlah pendaftar membludak (overload), apalagi pesantren yang sudah maju dan berkembang pesat.

Namun, tidak semua harapan para orang tua dapat terpenuhi, ada yang tidak lulus seleksi anaknya, ada yang sudah lulus tapi anaknya tidak betah, ada yang sudah betah namun terkendala pada biaya pendidikan, dan masalah lainnya sering menimpa para orang tua wali santri.

 Nah, berhubung saat ini sudah memasuki akhir tahun, beberapa pesantren sudah mulai melakukan persiapan penerimaan santri baru bahkan ada yang sudah membukanya, pada kesempatan ini hikayatsantri.com mencoba merangkum beberapa ulasan mengenai tips memilih pesantren yang baik yang disadur dari berbagai sumber, yang dapat dijadikan sebagai bacaan rujukan orang tua sebelum memasukkan anaknya ke pesantren.

 Perhatikan Tipe, Sistem dan Model Pendidikan Pesantren


Di Indonesia umumnya terdapat 2 (dua) jenis tipe pondok pesantren, Salafi (tradisional) dan Modern (Terpadu, Ashriyah), silakan ditentukan terlebih dahulu, si anak maunya pesantren yang jenis seperti apa, Salafi atau Modern, salafi lebih mengkaji pada kitab-kitab kuning dan focus pada ilmu pengetahuan saja umumnya, dengan system pengajian tradisional (seperti sorogan, wetonan, dan bandongan), sedangkan modern pendidikannya memadukan ilmu agama dan umum, dan terdapat jenjang pendidikannya, tingkat Tsanawiyah maupun Aliyah.  Kemudian pesantren modern juga terdapat kegiatan ekstrakurikulernya, layaknya sekolah umum, hanya saja pesantren lebih bervariasi. Pesantren salafi juga ada kegiatan ekstrakurikulernya, hanya saja tidak sebanyak dan seaktif pesantren modern.

Perhatikan Biaya Pendidikannya

Pilihlah pesantren yang sesuai dengan kemampuan finansial, agar tidak terjadi masalah pada pendidikan anak, biaya pendidikan salah satu komponen pendukung jalannya kegiatan pembelajaran untuk menunjang aktivitas proses belajar mengajar, dan ini merupakan bagian dari pada salah satu pengorbanan dalam menuntut ilmu. Setiap pesantren berbeda-beda biaya pendidikannya, tergantung pada system, sarana dan prasarana, dan tenaga kependidikan yang terdapat pada pesantren tersebut.

Maka sebaiknya, para orang tua memastikan biaya pendidikan terlebih dahulu sebelum memilih pesantren, penuhi keinginan anak sesuai kemampuan finansial agar tidak bermasalah pada pembiayaan pendidikan. Karena juga tidak sedikit, anak-anak putus pendidikannya di pesantren terkendala pada biaya.


 Perhatikan Sarana dan Prasarana Pesantren

7 Tips Memilih Pesantren Yang Baik Untuk  Kelanjutan Pendidikan Anak


Fasilitas pendidikan bagian dari pada salah satu penunjang kesuksesan pendidikan anak, yang tidak dapat dipisahkan dari lembaga pendidikan. Hal ini memang bukan rumus yang baku, karena ada juga pesantren yang berhasil melahirkan ouput santrinya berkualitas meskipun minim fasilitas di pesantrennya.

Ada banyak kasus, para orang tua mengeluh di tengah jalan karena kurangnya fasilitas di pesantren anaknya, dan kerap membanding-bandingkan dengan pesantren lain yang jauh lebih lengkap dari segi fasilitasnya. Padahal, biaya pendidikan yang dikeluarkan tidak seberapa besar dari pesantren yang lebih lengkap fasilitasnya. Jika ingin membanding-bandingkan harus fair, jangan sampai terjebak dengan standar pendidikan pesantren lain, makanya sangat penting memperhatikan terlebih dahulu fasilitas pesantren yang dituju agar tidak ada keluhan dan penyesalan di kemudian hari.

     Perhatikan Kegiatan Formal dan Informal Pesantren

Kegiatan tiap pesantren berbeda-beda, meskipun ada satu dua hal yang sama. Namun, semua kegiatan pesantren sangat tergantung pada system dan pola pendidikan di pesantren tersebut. Biasanya si anak akan memilih pesantren yang terdapat kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, terutama dalam kegiatan ekstrakurikulernya.

7 Tips Memilih Pesantren Yang Baik Untuk  Kelanjutan Pendidikan Anak


Umumnya, santri lebih betah di pesantren yang sesuai dengan keinginannya. Maka para orang tua harus mengecek terlebih dahulu, jika menginginkan anaknya menjadi penghafal Al Qur’an maka pilih pesantren dan focus pada penghafalan Al Qur’an yang otomatis kegiatannya lebih ringan, lebih banyak waktu untuk kegiatan penghafalan.

     Perhatikan Kurikulum Pendidikannya

7 Tips Memilih Pesantren Yang Baik Untuk  Kelanjutan Pendidikan Anak


      Tidak semua sama kurikulum antar pesantren, semua tergantung arah dan ouput yang ingin dihasilkan oleh pesantren tersebut, jika pun terdapat kesamaan, biasanya pada kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah seperti kurikulum 2013 yang saat ini sedang berjalan.

  Memperhatikan kurikulum pesantren terlebih dahulu juga penting, menyesuaikan dengan kemampuan anak, karena juga tidak sedikit anak yang tidak betah di pesantren yang akhirnya pindah karena ketidakmampuan anak menyerap sejumlah pelajaran yang terdapat di pesantren. Kemampuan anak memang dapat diasah dan ditingkatkan, tapi yang harus diingat bahwa setiap anak berbeda kemampuan masing-masing, dan memilih pesantren yang sesuai keinginan dan kemampuannya akan lebih baik.

     Perhatikan Letak Strategis dan Geografis Pesantren

7 Tips Memilih Pesantren Yang Baik Untuk  Kelanjutan Pendidikan Anak
Lokasi Pesantren Modern Al Manar Aceh | Photo hikayatsantri.com


Ada dua pertimbangan yang mesti dilihat mengenai letak strategis dan geografis pesantren, namun ada sisi positif dan negatifnya, pertama, memilih pesantren yang dekat dan mudah dijangkau agar mudah mengunjungi anak ataupun mudah menemuinya saat ada masalah di kemudian hari, namun memilih pesantren yang dekat kerap kali membuat anak tidak betah di pesantren, sebab mudah teringat akan rumah, dan mudah untuk pulang dan akan sering minta izin pulang. Dan fakta di lapangan, santri yang sering izin pulang, dominan tidak bertahan lama di pesantren, sebab baginya lebih nyaman dan enak di rumah dari pada di pesantren.

Kedua, memilih pesantren yang jauh dari rumah dan akan jarang menemui si anak, dan ini lebih baik untuk membuat anak lebih kuat dan mandiri di pesantren. Dengan catatan orang tua harus siap, harus kuat jauh dari anak, bahkan kalau bisa letaknya melewati kabupaten bahkan provinsi, agar si anak tidak sering minta izin pulang. Dan para orang tua tidak akan terlalu sering mengunjungi anaknya, sebab terlalu sering dikunjung juga membuat anak tidak betah. Jenguklah anak jarang-jarang agar cinta makin berkembang. Hidup di perantauan, jauh dari orang tua, membuat anak lebih kuat dan mandiri dari pada yang dekat dengan rumah.

Dan sisi lain mengenai letak pesantren adalah dimana keberadaannya, di kota, di perdesaan, tempat terpencil, dekat dengan pegunungan dan lainnya. Ini tergantung keinginan para orang tua. 

  Perhatikan Kenyamanan dan kebersihan Lingkungannya

7 Tips Memilih Pesantren Yang Baik Untuk  Kelanjutan Pendidikan Anak


Kenyamanan salah satu factor membuat anak betah di pesantren, baik itu dari segi kebersihan maupun keindahannya. Dan ini ada kaitannya dengan letak geografis dan strategis pesantren. Biasanya lokasi pesantren di perdesaan dan terpencil lebih nyaman dan asri, dan sedikit jauh dari perumahan masyarakat, dan ini lebih banyak diminati, sebab tidak terlalu terganggu dengan aktivitas masyarakat. Karena jika pesantren terlalu dekat dengan masyarakat, pesantren terkadang sering mengalami kendala dan sering terjadi gesekan dengan masyarakat, apalagi jika dominan masyarakatnya susah di ajak kerjasama dan tidak mau mengerti keadaan pesantren.

Jika dekat dengan perkampungan atau perumahan, pesantren tidak bisa mengatur aktivitas masyarakat, misalnya suara mesin pabrik, atau suara bising lainnya dari kegiatan masyakarat. Dan sebaliknya jika pesantren membuat kegiatan di pesantren kerap kali masyarakat terganggu, jadinya sedikit susah pesantren menggerakkan kegiatannya, kecuali masyarakat ditempat tersebut memang sangat harmonis mudah diajak kerjasama dan saling memahami dan mengerti. Dan hal ini, sulit terjadi, karena tipikal masyarakat berbeda-beda.

Demikian beberapa tips dari hikayatsantri.com kiat memilih pesantren, dan ini bersifat opini yang dapat direvisi dan dikoreksi. Semoga bermanfaat. 

Tonton Videonya : 





Baca selengkapnya

Selasa, 31 Januari 2017

Amaliyah Tadris, Cara Pesantren Melahirkan Guru Yang Profesional

Amaliyah Tadris, Cara Pesantren Melahirkan Guru Yang Profesional
Salah satu program pesantren untuk melahirkan guru-guru handal adalah Amaliyah Tadris atau sering disebut dengan Micro Teaching (Praktek Mengajar). Biasanya, program ini berlaku untuk santri kelas akhir yang segera mengakhiri pendidikannya di pesantren. Amaliyah Tadris ini sendiri bertujuan agar para santrinya memiliki bekal dalam mengajar. Meskipun nantinya tidak semua dari mereka menjadi guru, karena mengajar tidak harus menjadi guru.
Nah, dengan adanya program Amaliyah Tadris ini para santri sangat diuntungkan sebenarnya, soalnya program ini biasanya dilakukan oleh tingkat kampus kepada mahasiswa yang kuliah di bidang keguruan. Tapi pesantren sudah duluan mengenalinya kepada santri agar mereka terampil mengajar setelah menjadi alumni. Memang belum sempurna menjadi seorang guru setelah mengikuti amaliyah tadris tersebut,tapi paling tidak mereka sudah memilki wawasan bagaimana menjadi guru sebenarnya, dan kemudian mereka akan mempelajarinya kembali agar terus berkembang kemampuannya dalam mengajar.
Baca Juga : 

Selagi Nyantri Belajarlah Sungguh-Sungguh, Jangan Nyesal Setelah Jadi Alumni

Selain keterampilan dalam mengajar, Amaliyah Tadris ini sudah tentu mendidik mentalitas santri. Dari sekian banyak santri sudah pasti ada diantara mereka yang mentalnya masih kurang. Amaliyah Tadris membuktikan semua dan menjadi tuntutan, mau tidak mau, bisa tidak bisa, ada mental atau tidak, wajib dan harus bisa mengajar berdiri didepan seluruh murid.

Amaliyah Tadris tak semudah yang dibayangkan loh ! selain mental, buat i’dadnya aja penuh tantangan luar biasa
Amaliyah Tadris, Cara Pesantren Melahirkan Guru Yang Profesional

Dalam pelaksanaannya tidaklah gampang, karena para santri ini diwajibkan untuk membuat persiapan atau sering disebut dengan istilah “idad Tadris” atau yang dikenal dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Sudah tentu jauh sebelum membuat RPP tersebut mereka sudah terlebih dahulu dibimbing oleh musyrif atau guru pembimbing masing-masing.
Baca Juga : 

3 Tempat Ini Santri Sering Tertidur, Nomor 2 Paling Tidak Masuk Akal

Menurut penulis sendiri, saat Amaliyah tadris inilah moment menjadi guru yang paling sempurna. Kenapa tidak? Karena sebelum mengajar para santri sudah dibimbing terlebih dahulu, kemudian membuat persiapan yang matang, materinya, strategi mengajarnya, media yang digunakan dan sebagainya. Itupun proses pembuatan ‘Idad Tadris tidak berjalan semudah yang kita bayangkan. I’dad tersebut melalui berbagai tahapan, perbaikan dan koreksian, bimbingannya tidak jauh beda dengan bimbingan skripsi.
Yang sebelumnya kurang tertarik dengan dunia belajar mengajar, harus terpaksa menarik dan berusaha menjadi guru yang baik. Berbagai persiapan pun dilakukan

Amaliyah Tadris, Cara Pesantren Melahirkan Guru Yang Profesional
Tuh lihat mata teman-temanya memperhatikan yang sedang mengajar
Tidak cukup sampai disitu (I’dad Tadris), mereka (santri) juga dituntut untuk mempersiapkan metode atau media mengajar yang sesuai, agar para murid harus lebih mudah memahami pelajaran. Kemudian perjuangan pun tidak berhenti disitu, kemudian para santri juga mempersiapkan bahasa untuk menjelaskan pelajaran, baik itu bahasa arab maupun inggris tergantung pelajaran yang diambil, yang jelas tidak ada bahasa indonesia. #walah
Selesai di tahap persiapan I’dad Tadris ditambah lagi dengan mentalitas yang harus kuat saat praktek mengajar. Karena disaat praktek berlangsung para santri calon guru ini akan dievaluasi habis-habisan oleh pembimbing dan teman-temannya yang berdiri berjejeran menyaksikan si calon guru sedang mengajar. 
Baca Juga : 

Santri, Disaat Kamu Mulai Merasa Malas Belajar, Ingatlah Bahwa Orangtuamu di Rumah Sedang Berjuang Untukmu

Amaliyah Tadris, Cara Pesantren Melahirkan Guru Yang Profesional
ini dia lembaran Dars Naqd (Observasi dan  Evaluasi Guru Mengajar)
Para santri calon guru ini dilihat, diperhatikan, dinilai mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, mulai dari mulainya belajar hingga akhir, sikap dan sopan santun guru termasuk cara berpartisipasi dangan murid, semua temannya akan menjadi tim asesor saat itu. Bergitupun sebaliknya, saat yang lain mengajar, mereka saling menilai dan mengevaluasi. Hingga akhirnya masuklah ketahap evaluasi bersama atau sering disebut dengan istilah Darsu An-Naqdi” (Evaluasi Proses Pengajaran). Disitulah santri calon guru tadi dibantai habis-habisan dengan kritikan atas kesalahan yang dilakukan saat mengajar tadi, tentunya kritikan tersebut bersifat membangun untuk perbaikan ke arah yang lebih baik kedepannya.
Ini dia empat hal yang sangat diperhatikan oleh pembimbing dan teman-teman yang menilai sangat proses pembelajaran berlangsung.
Amaliyah Tadris, Cara Pesantren Melahirkan Guru Yang Profesional

Pertama, Thariqah (Cara mengajar)
Berbicara mengenai cara mengajar kita harus membaca istilah paling terkenal yang dikembangkan oleh Kyai-Kyai Pondok Modern Gontor dalam mendidik santrinya, yaitu  at-thariqah ahammu mina-l-maddah, wa al-mudarris ahammu mina-t-thariqah, wa ruhu-l-mudarris ahammu mina-l-mudarris nafsihi.  Yang artinya adalah Metode lebih penting dari pada Materi, Guru lebih penting dari pada metode dan ruh atau jiwa guru itu sendiri lebih oenting dari pada gurunya.
Maka sudah pasti metode sangat penting diperhatika oleh guru agar pelajarannya mudah diterima oleh muridnya, dan kecerdasan guru dalam mencari metode yang sesuai sebuah tuntutan, karena tidak semua murid bisa menerima pelajaran dengan mudah dan guru harus memahami bahwa kecerdasan dan kemampuan murid itu berbeda-beda.
Kedua, Maadah (Materi)
Dan ini sudah jelas. Kalau tidak ada materi memnagnya  mau ajarin apa ke muridnya? Cerita atau nasehat yang berisi motivasi atau Tasji’ Ghonam istilah ma’hadinya. #haha
Tapi, mempersiapkan materi yang baik harus selalu diperhatikan. Dipermudah penjelasannya, kemudian haru teliti dalam menulis materinya, menjelaskan dan sebagainya. Agar ilmu yang diterima  oleh murid tidak sesat dan menyesatkan.

Ketiga, Ahwalu Almudarris (Kepribadian Guru)

Nah, ini berbicara soal mentalitas guru dan ketanggappan guru dalam mengajar. Semua hal yang berkenaan dengan kepribadian guru dinilai. Apakah gurunya kurang sopan, kurang memperhatikan murid, kurang rapi, lupa menghapus papan tulis saat memberi latihan kepada murid, lupa ini itu, pokoknya semua yang dilakukan oleh guru ternilai.

Keempat, Lughatul Mudarris (Bahasa Guru)

Bagaimana bisa murid bisa paham terhadap pelajaran kalau gurunya salah menyampaikan atau kurang benar pengucapan kalimat dan sebagainya. Maka ketepatan penyampaian materi harus diperhatikan oleh guru. Bahasa yang digunakan harus lebih mudah dipahami, yang sesuai dengan dunia pendidikan dan umur murid, sesuai dengan materi yang tertulis, apalagi pelajaran hafalan seperti hadits, tafsir. Jangan sampai lafadz yang diucapkan guru tidak sesuai dengan yang tertulis di buku.

Itulah kira-kira pembahasan tentang kegiatan Amaliyah Tadris yang mendidik santri dalam mengajar, memberi bekal berupa keterampilan dalam mengajar. Andai langkah Amaliyah Tadris ini  dipraktekkan oleh seluruh guru di Indonesia, mungkin tingkat pendidikan kita diatas rata-rata. Makanya tidak salah, penulis katakan diatas bahwa saat Amaliyah tadris inilah terasa sempurna menjadi seorang guru.

Sekian.

 Baca Juga : Muhadharah, Upaya Pesantren Mencetak Orator Ulung


Baca selengkapnya

Senin, 30 Januari 2017

Abu Naum, Istilah Untuk Santri Raja Tidur

Abu Naum, Istilah Untuk Santri Raja Tidur
Keanekaragaman santri di pesantren—mulai dari wajah rupa, warna kulit, sifat, asal dan tingkah lakunya melahirkan cerita tersendiri di kalangan sendiri. Keberagaman itulah yang menghiasi kehidupan sehari-hari mereka—bahkan dengan keunikan dari ragam bentuk teman menjadikan hari-hari yang mereka lalui menjadi mudah dan ceria.
Disiplin yang ketat—kegiatan ekstrakurikuler yang padat tidak terasa. Karena mereka mempunyai teman yang unik—yang melahirkan cerita di setiap kegiatannya. Santri patut mensykuri kehidupan di pesantren, memiliki teman bahkan lebih dari keluarga selama 24 jam menemani. Maka tidak salah—salah satu motto pendidikan pesantren adalah ukhuwah islamiyah. Kebersamaan mereka tidak pernah lekang oleh kenangan—yang akan mereka kenang hingga waktu yang memisahkan.
Baca Juga : 

Jangan Ngaku Santri Kalau Belum Follow 6 Akun Instagram Ini. Dijamin Kenangan Kamu Pernah Nyantri Akan Terulang Kembali

Abu Naum, Istilah Untuk Santri Raja Tidur
Nah, salah satu perangai santri yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka adalah memberi gelar tertentu kepada temannya—istilah gelar dalam bahasa arab dikenal dengan istilah “laqob”. Penyematan gelar tertentu ini tidak terlepas dari kebiasaan tertentu oleh sang teman. Sebut saja seperti istilah “Abu Naum” kerap disematkan bagi santri yang sering tidur, dimana saja ia berada pasti tertidur.
Jangan salah, istilah ini bukan saja berlaku untuk yang suka tidur. tapi juga berlaku bagi yang lain ; yang suka makan misalnya disebut dengan “Abu Akl “(Baca : Akala-yakkulu : Aklon (Arab) ) artinya, tukang makan. Pokoknya gelar tertentu akan tersemat pada siapa saja yang sering melakukan hal tertentu, baik itu tidur, makan, atau yang sering masuk mahkamah.
Anehnya, laqob (gelar) tersebut akan melekat hingga santri tersebut alumni, bahkan terkadang saat sudah menjadi alumni laqob tersebut lebih di ingat dari pada namanya #parah. Tapi dengan laqob tersebutlah melahirkan kembali kenangan mereka setelah alumni.
Pesantren memang sesuatu. Ada banyak cerita yang tercipta setiap waktunya.
Sekian !
Baca Juga : 

3 Tempat Ini Santri Sering Tertidur, Nomor 2 Paling Tidak Masuk Akal




Baca selengkapnya

Jumat, 06 Januari 2017

Jangan Ngaku Santri Kalau Belum Follow 6 Akun Instagram Ini. Dijamin Kenangan Kamu Pernah Nyantri Akan Terulang Kembali

Jangan Ngaku Santri Kalau Belum Follow Instagram Ini. Dijamin Kenangan Kamu Pernah Nyantri Akan Terulang Kembali
Sekali lagi. Kehidupan pesantren yang penuh lika liku memang tak pernah habisnya untuk diulas. Lembaga pendidikan 24 jam ini menyisihkan banyak kenangan bagi siapa saja yang pernah menjalani pendidikan didalamnya. Hampir setiap kegiatan pesantren mengandung cerita tersendiri bagi santri—baik itu secara personal maupun kelompok.
Kenangan demi kenangan setiap harinya bisa tercipta. Mulai dari melanggar disiplin—mengikuti kegiatan pesantren—kesetiaan seorang teman—ketulusan seorang guru atau kekonyolan para sahabat yang setiap hari membuat hari-hari di pesantren selalu ceria.
Kenangan melanggar disiplin mungkin salah satu pengalaman paling diingat seumur hidup santri—apalagi kalau pelanggarannya lumayan berat. Saat guru atau ustadz menindak santri yang melanggar disiplin—para santri tersebut akan merasa takut, wajah cemberut atau ketus, apalagi dapat hukuman yang begitu berat dan menjengkelkan—bahkan bisa jadi timbul rasa marah kepada ustadz tersebut saat itu. Tapi yang namanya santri, sejak awal sudah ditanamkan sikap bertanggungjawab terhadap sesuatu—begitupun dengan melanggar disiplin—berani berbuat berani bertanggungjawab.
 Setelah pemberian hukuman selesai, rasa marah atau gondok pun akan hilang—bahkan mereka kembali tersenyum—tertawa sendirinya mengingat pelanggaran yang mereka langgar tersebut—dengan ustadz pemberi hukuman pun menjadi lebih baik dan akan selalu teringat dengan ustadz yang kerap menindak santri melanggar—dan pada akhirnya mereka akan sadar bahwa apa yang ustadz tersebut lakuka—menindak mereka melanggar ada kebaikan didalamnya sambil timbul sedikit rasa penyesalan. Dan para ustadz pun akan selalu teringat terhadap santri yang pelanggarannya paling banyak—yang santri tersebut terkenal seluruh pesantren. Saat jadi alumni merekalah orang yang paling dekat dengan ustadz tersebut.
Itulah pesantren, para santri diajarkan rasa bertanggungjawab—diuji kesabaran dan ketangguhan. Tak cukup sampai disitu, mereka juga diberi arahan dan bimbingan terhadap apa yang mereka lihat, apa yang mereka kerjakan, apa yang mereka dengar—kemudian mereka juga diajak untuk memahami sesuatu—melihat apa hikmah dibalik suatu kegiatan atau disiplin—sehingga mereka dengan sendirinya mencerna apa yang terbaik buat mereka sendiri. Karena, terkadang santri tidak sanggup menjalani disiplin bukan karena tidak kuat atau tidak mampu—tapi karena mereka belum tahu apa manfaatnya dan hikmahnya. Saat mereka tahu—disitulah mereka akan menyadari betapa pentingnya disiplin.
Baca Juga : 

Selagi Nyantri Belajarlah Sungguh-Sungguh, Jangan Nyesal Setelah Jadi Alumni

Nah, tentu dengan berbagai dinamika kehidupan pesantren seabagai santri atau alumni ingin kembali mengingat kenangan yang pernah tercipta. Bahkan tak jarang para alumni melakukan reuni dengan sahabat-sahabatnya atau mengunjungi almamaternya karena rasa kangen terhadap sahabat dan almamaternya. Berikut ini beberapa akun instagram yang bisa kamu ikuti yang rutin menyediakan konten-konten foto kehidupan santri :

1. ALA SANTRI ( @alasantri)
Jangan Ngaku Santri Kalau Belum Follow Instagram Ini. Dijamin Kenangan Kamu Pernah Nyantri Akan Terulang Kembali
Secara detail hikayatsantri.com tidak tahu siapa adminnya dan kapan akun instagram ini diluncurkan—tapi berdasarkan foto perdana mereka upload tertera mulai tanggal 24 November 2014.
Admin ala santri ini rutin memposting foto-foto kocak dan meme lucu yang berkenaan dengan kehidupan santri.
Akun yang menjadi salah satu panitia penyelenggara Hari Santri Nusantara 2016 ini juga merepost foto-foto santri dari pesantren lainnya—dengan hastag #alasantri atau menandainya langsung. Jadi bagi kamu yang punya foto unik penuh bercerita silakan upload di instagrammu masing-masing dengan menandainya dan follow akunnya.
Selain itu, akun yang sudah memiliki followers sebanyak 216K ini juga memiliki website resmi yang bisa dikunjungi di www.alasantri.id.
Tunggu apalagi? Silakan ikuti kegiatan mereka setiap harinya—dijamin kenangan kamu di pesantren akan terulang kembali. Klik disini untuk melihat langsung instagram mereka.
Baca Juga : 

3 Tempat Ini Santri Sering Tertidur, Nomor 2 Paling Tidak Masuk Akal


2.PESANTREN STORY (@pesantrenstory)
Jangan Ngaku Santri Kalau Belum Follow Instagram Ini. Dijamin Kenangan Kamu Pernah Nyantri Akan Terulang Kembali
Akun instagram ini sudah memililki followers sebanyak 88.7K sejak tulisan ini dipublikasikan. Mereka juga menyediakan konten-konten yang tidak kalah kocaknya.
Cukup dengan menggunakan hastag #pesantrenstory atau menandainya mereka tidak sungkan-sungkan merepost foto kamu—jadi siap-siap foto unik kamu dipesantren akan dilihat oleh seluruh santri se-Indonesia. #haha
Mengenai admin juga tidak diketahui siapa orangnya—yang jelas admin pasti ada—foto perdana mereka upload tertera mulai tanggal 26 Desember 2015 dengan foto #KitaRinduGusdur.
Tunggu apalagi, ayo kepoin instagram mereka—klik aja disini.

3. SANTRI INDONESIA (@santriindonesia)
Jangan Ngaku Santri Kalau Belum Follow Instagram Ini. Dijamin Kenangan Kamu Pernah Nyantri Akan Terulang Kembali
Akun instagram satu ini juga sama dengan yang diatas, mereka juga rutin mengupdate foto-foto santri. Saat ini tercatat sebanyak 1342 foto yang mereka upload dengan jumlah followers sebanyak 112K. 
Adminnya juga tidak diketahui, kalau dilihat dari foto perdana mereka upload akun ini hadir sejak 18 Oktober 2015. Klik disini untuk chek out langsung instagram mereka.

4.  NEGERI SANTRI (@negerisantri)
Jangan Ngaku Santri Kalau Belum Follow Instagram Ini. Dijamin Kenangan Kamu Pernah Nyantri Akan Terulang Kembali
Akun ini sejak tulisan ini dirilis sduah mengupload foto sebanyak 3654 foto dengan jumlah followers sebanyak 193K.
Selain instagram, mereka juga bisa diikuti melalui line dengan id line @negerisantri. Foto-foto yang mereka unggah juga tidak kalah keren dengan instagram santri lainnya. Klik disini untuk cek TKP.

5. SANTRI COMMUNITY (@santricommunity)
Jangan Ngaku Santri Kalau Belum Follow Instagram Ini. Dijamin Kenangan Kamu Pernah Nyantri Akan Terulang Kembali

Akun ini sudah memiliki followers sebanyak 39.1K dengan jumlah foto diunggah sebanyak 1023 foto.
Jangan lupa upload foto kamu berkenaan dengan kehidupan pesantren dengan hastag #santricommunity—mereka pasti akan merepost foto kamu. Klik disini untuk lihat kegiatan mereka.

6. SANTRI KEREN (@santrikeren)
Jangan Ngaku Santri Kalau Belum Follow Instagram Ini. Dijamin Kenangan Kamu Pernah Nyantri Akan Terulang Kembali
Akun ini memilki tagline “ kalau belum sanggup jadi santri alim—jadilah santrikeren”. Sampai hari ini sebanyak 1500 foto sudah di unggah di akun mereka dengan jumlah followers sebanyak 83.3K .Selain itu, di bio instagram mereka juga tertera website resminya www.santrikeren.id yuk kepoin mereka disini.
Baca Juga : 

Ini Dia Alasan Kenapa Alumni Pesantren Itu Layak Kamu Jadikan Suami. Yang Akhwat Jangan Lupa Baca


Nah, itu saja dulu beberapa instagram santri yang dapat kami redaksi hikayatsantri.com kali ini, silakan ditambah informasinya dikolom komentar bagi yang ada instagram yang belum di ulas. Sebenarnya ada banyak akun instagram yang mengulas tentang kehidupan santri—tapi redaksi memilih akun yang sudah menggungah foto diatas seribu foto. Ayo ikuti kegiatan mereka—dijamin kenangan kamu pasti akan terulang.
Sekian !
 Baca Juga : 

Sebelum Masuk ke Pesantren, Jawab Dulu Pertanyaan ini. Ke Pesantren Apa Yang kamu Cari ?





Baca selengkapnya

Selagi Nyantri Belajarlah Sungguh-Sungguh, Jangan Nyesal Setelah Jadi Alumni

Selagi Nyantri Belajarlah Sungguh-Sungguh, Jangan Nyesal Setelah Jadi Alumni

Masih ingat bait Mahfudzat yang berbunyi ; Ijhad Wala Taksal Fanadamatul ‘Uqba Liman Yatakasal” ?
Ya. Mahfudzat ini mengingatkan kita agar tidak bermalas-malasan saat belajar—karena penyesalan hanyalah bagi orang-orang yang malas.
Di pesantren, dengan disiplin belajar yang ketat—tidak menjamin santrinya akan belajar dengan sungguh-sungguh. Kenapa? Karena kesungguhan dalam belajar sangat tergantung pada individu santri.
Sejauh mana kamu sadar—sejauh itu pula keseriusan dan kesungguhanmu dalam belajar. Sebesar mana keinsyafanmu—sebesar itu pula keberuntunganmu.
Kalau ditanya tentang Mahfudzat Man Jadda Wa Jada pada setiap santri—mungkin sudah hafal diluar kepala—mereka sudah mempelajarinya—memahami dan menghafalnya dengan lancar. Namun sayang—sebahagian mereka hanya sekedar menghafal atau memahami tapi tidak dengan mengamalkannya.
Kapan mereka sadar? Setelah selesai dari pendidikan pesantren atau jadi alumni.
Gunakan kesempatan yang ada—karena ia akan hilang bila kamu tidak menggunakannya sebaik mungkin
Selagi Nyantri Belajarlah Sungguh-Sungguh, Jangan Nyesal Setelah Jadi Alumni
Pahamilah, bahwa kesempatan itu sangat singkat. Ada banyak orang yang menyia-nyiakan kesempatan yang akhirnya menyesal. Ambil dan gunakan kesempatan tersebut—karena bisa jadi kesempatan itu hanya sekali dalam hidupmu.
Baca Juga : 

Sebelum Masuk ke Pesantren, Jawab Dulu Pertanyaan ini. Ke Pesantren Apa Yang kamu Cari ?

Maka, selagi masih jadi santri—belajarlah dengan sungguh-sungguh. Setelah menjadi alumni kamu tidak akan pernah lagi bisa mengulangi kehidupan jadi santri—karena kesempatan itu telah pergi—hanya penyesalan yang bisa kamu ratapi. Telambat sudah.
Saat kamu jadi santri—kamu tidak pernah tahu atau belum tahu bagaimana hidup ini sebenarnya—seandainya semua orang bisa melihat masa depannya—mungkin mustahil ada orang malas di dunia ini. Tapi sayang, kita tidak akan pernah tahu akan nasib di kemudian hari. Bertanyalah pada orang-orang yang sudah duluan hidup—maka kamu akan tahu bagaimana lelahnya kehidupan.
Yakin kamu gak menyesal nanti? Coba tanya ke alumni bagaimana hidup di luar pesantren—setelah kamu dengar jawabannya—masih mau malas belajar?
Selagi Nyantri Belajarlah Sungguh-Sungguh, Jangan Nyesal Setelah Jadi Alumni
Kemungkinan ada dua jawaban saat kamu bertanya kepada alumni—bagaimana kehidupan setelah jadi alumni. Antara mudah dan susah—mudah bagi mereka yang belajar sungguh-sungguh—dan susah bagi mereka yang tidak belajar dengan sungguh-sungguh.
Mengetahui kehidupan orang yang lebih dahulu lahir dari kita sangat penting. Agar kita bisa mengambil pelajaran hidup. Karena mereka sudah merasakan bagaimana suka duka getirnya kehidupan. Maka tidak heran—jika ustadz-ustadzmu sering menasehatimu agar belajar dengan rajin—karena mereka sudah menjalani kehidupan jauh sebeleum kamu jalani.
Baca Juga : 

Mau Sukses di Pesantren ? Jadikan Pesantren Sebagai Pilihan, Bukan Tempat Pelarian

Ingatlah jerih payah orangtua dirumah—niscaya kamu akan selalu belajar dengan sungguh-sungguh
Selagi Nyantri Belajarlah Sungguh-Sungguh, Jangan Nyesal Setelah Jadi Alumni

Pernah gak kamu ingat jasa orang tuamu? Bagaimana mereka bekerja menafkahi keluargamu—membayar biaya pendidikanmu dan sebagainya—termasuk jajan dan biaya perlengkapan belajarmu.
Coba kamu hitung setiap hari berapa uang yang kamu terima setiap minggunya diberikan oleh orang tuamu—berapa biaya yang sudah dikeluarkan setiap bulannya untuk biaya pendidikanmu.
Ini penting—agar kamu selalu sadar dan memikirkan seribu kali untuk tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Kemudian di akhir pendidikanmu—coba kalikan semua berapa biaya yang sudah digelontorkan oleh orang tuamu selama nyantri.
Terkadang kita butuh menghitung jasa orang tua—agar kita selalu sadar akan jerih payahnya—terkadang hidayah itu tidak datang sendirinya—kita mesti bergerak mengerjakan sesuatu agar hidayah itu datang.
Berjanjilah, bahwa kamu akan bayar segala jasa dan jerih payah orangtuamu dengan kesuksesanmu kelak. Mereka tidak meminta pertanggungjawaban atas biaya yang telah mereka habiskan untuk kamu—mereka hanya ingin melihat kamu kelak bertanggung jawab atas dirimu sendiri—menjadi anak yang shaleh—berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Itu saja.
Jadi, selagi masih nyantri—belajarlah dengan sungguh-sungguh dan jangan lupa berdoa agar langkahmu di pesantren selalu bersinar. Minta doa kepada orang tua dan guru. Jadilan santri yang tahu diri.
Sekian !
Baca  Juga : 

3 Tempat Ini Santri Sering Tertidur, Nomor 2 Paling Tidak Masuk Akal



Baca selengkapnya