Hikayatsantri.com - Informasi
tentang ketentuan yang berlaku bilamana suatu pondok pesantren belum memenuhi
syarat dan ketentuan untuk mendapatkan nomor statistik pondok pesantren (NSPP)
serta izin operasional pondok pesantren mengacu pada Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3408 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis Izin
Operasional Pondok Pesantren Yang Ditetapkan Di Jakarta Pada Tanggal 25 Oleh Direktur
Jenderal Kamaruddin Amin, posisi Kankemenag Kabupaten jika menghadapi situasi
seperti beginian.
Tugas
Kantor Kementerian Agama Kabupaten / Kota
Sebagai bagian dari
pelaksanaan tugas dan fungsi pembinaan pondok pesantren, pejabat unit kerja
pada Kankemenag Kab./Kota yang memiliki tugas dan tanggungjawab atas :
1.Pembinaan pondok pesantren
mengupayakan untuk memiliki data dan informasi pondok pesantren didaerahnya
yang belum dan/atau sudah memiliki izin operasional, dan
2.Mengupayakan agar pondok
pesantren yang memenuhi syarat sebagaimana ketentuan dalam petunjuk teknis ini
untuk memiliki izin operasional.
Pengecualian dalam perizinan Pondok Pesantren
Dalam hal pesantren belum
memenuhi keseluruhan ketentuan persyaratan izin operasional pondok pesantren,
dapat diberikan pengecualian sepanjang tidak menyangkut :
keberadaan
kyai,
santri
mukim,
asrama
atau pondok,
masjid
atau mushalla, serta
kajian
kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan mu’allimin,
dengan dilakukan pembinaan
paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal penetapan Keputusan Izin Operasional
Pondok Pesantren.
Apabila sistem informasi
manajemen data belum disiapkan oleh pengelola data dan informasi direktorat
jenderal, penyampaian permohonan persetujuan izin operasional pondok pesantren,
serta penyampaian salinan keputusan izin operasional pondok pesantren dan NSPP
dapat dilakukan dengan mekanisme alur data secara manual sesuai ketentuan yang
berlaku.
Salinan Keputusan Izin
Operasional Pondok Pesantren dan Asli Piagam Izin Operasional Pondok Pesantren
diserahkan kepada pesantren.
Pengelola data dan
informasi pada Kankemenag Kab./Kota mendokumentasikan dan menyimpan dengan baik
seluruh Dokumen Pengajuan,
rekomendasi
izin operasional pondok pesantren,
salinan
Keputusan Izin Operasional Pondok Pesantren,
serta
salinan Piagam Izin Operasional Pondok Pesantren, dalam bentuk hardcopy
dan bentuk hardcopy yang dikonversi ke dalam bentuk softcopy.
Pengelola data dan
informasi pada Kankemenag Kab./Kota membuat basis data elektronik seluruh izin
operasional pondok pesantren, sekurangnya meliputi data dan informasi dasar
pondok pesantren, NSPP, serta tanggal habis masa berlaku izin operasional
pondok pesantren dengan menyertakan data dan informasi keputusan terkait.
Kesimpulan
Kankemenag Kabupaten
bertanggungjawab atas pembinaan pesantren yang sudah memiliki ijob serta
pendampingan bagi yang belum punya
Dalam Kondisi tertentu izin
operasional dapat diberikan sepanjang tidak menyangkut syarat keberadaan kyai,
santri mukim, asrama atau pondok, tempat ibadah, kajian kitab kuning/dirasah
islamiyah (SK Kemenkumham/tanah wakaf/akte notaris bisa diabaikan?)
Mekanisme izin operasional
dilakukan secara manual jika aplikasi belum siap
Salinan Keputusan &
Asli Piagam Izin Operasional Pondok Pesantren disimpan oleh ponpes yang
bersangkutan
Kankemenag menyimpan keseluruhan data baik secara salinan kertas (hardcopy)
maupun file (softcopy)
Demikian hal yang berkaitan
dengan keadaan dimana lembaga pondok pesantren tidak memenuhi persyaratan untuk
diberikan ijop dari Jakarta.
Anda santri atau tenaga pengajar di pondok pesantren? silakan ambil kesempatan berharga ini untuk meningkatkan kapasitas keilmuan untuk jenjang Magister dan Doktor. Berikut syaratnya :
Pemerintah
melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan ( LPDP) meluncurkan beasiswa santri
yang ditujukan untuk peserta didik, pendidik, dan atau tenaga kependidikan di
pondok pesantren yang aktif minimal selama tiga tahun dalam kegiatan pendidikan
di lingkungan pesantren.
Nantinya,
program beasiswa santri ini akan diberikan kepada 100 santri terpilih untuk
melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang S2 dan S3.
Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, usulan mengenai beasiswa santri ini
sudah diajukan oleh Presiden Joko Widodo sejak awal dirinya kembali menjabat
posisi Menteri Keuangan di pertengahan tahun 2016.
"Saya senang sekali kita berhasil
meluncurkan hasil keputusan yang dibuat waktu sidang kabinet, waktu kami
kembali menjadi Menteri Keuangan," ujar dia dalam acara Peluncuran
Beasiswa Santri di kawasan Kementerian Agama, Senin (12/11/2018).
Adapun
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, program beasiswa santri
melalui LPDP ini merupakan afirmasi khusus yang ditujukan kepada ekosistem
pondok pesantren. Sehingga dirinya berharap, para santri dapat memanfaatkan
beasiswa ini untuk mengembangkan institusi pondok pesantren, agar kelembagaan
pondok pesantren menjadi semakin kuat.
Selain itu, berbagai ilmu yang selama ini
dikembangkan melalui pondok pesantren pun semakin berkualitas.
"Mereka
yang selama ini mengelola pondok pesantren mengalami peningkatan wawasan
keilmuan melalui program beasiswa ini. Jadi sekaligus, insititusinya
dikembangkan dan keilmuannya pun berkembang," jelas Luthfi dalam
kesempatan yang sama.
Adapun Sri Mulyani menambahkan, anggaran yang
akan disalurkan untuk program beasiswa santri ini berasal dari dana abadi
pendidikan tahun 2019 yang sudah ditambahkan sebesar Rp 20 triliun.
"Anggaran
LPDP 2019 kami dapat tambahan Rp 20 triliun untuk masuk di dana abadi, jadi
dana yang digunakan untuk 100 santri sama. Tidak ada pos terpisah," jelas
Sri Mulyani.
Persyaratan
Beasiswa Santri LPDP
Adapun
persyaratan pendaftaran beasiswa santri LPDP adalah pertama merupakan santri
aktif, pendidik dan atau tenaga kependidikan di Pondok Pesantren minimal 3
tahun terakhir. Kedua merupakan Alumni Program Beasiswa Santri Berprestasi
(APBS) yang pada saat mendaftar aktif dalam pengembangan Pondok Pesantren
minimal 3 tahun terakhir. Ketiga, pondok pesantren terdaftar dalam list
Kemenag.
Adapun
bidang studi yang dibuka untuk beasiswa ini antara lain, pertama bidang-bidang
pengembangan kapasitas kelembagaan pesantren manajemen, kesehatan lingkungan,
ekonomi syariah, pertanian, ilmu sosial dan politik, seni dan budaya, astronomi,
hukum.
Kedua,
bidang keilmuan pesantren ilmu falak, ilmu syariah, perbandingan mazhab, ilmu
maqulaat, ilmu arudh, ilmu tahqiq, ilmu faraid, ilumul qur'an, ulumul hadits
serta sirah/tarikh. Ketiga, bidang ilmu prioritas LPDP.
Siapkan
4 Dokumen Penting ini
Pendaftar
juga diwajibkan untuk melampirkan empat dokumen penting. Pertama, surat
keterangan santri mukim atau aktif dalam pengembangan pesantren minimal 3 tahun
dan surat rekomendasi dari pimpinan pondok pesantren.
Kedua,
surat kesediaan mengabdi di pondok pesantren setelah menyelesaikan studi selama
2n+1. Ketiga, rekomendasi dari Kementerian Agama minimal tingkat
kabupaten/kota. Empat, dokumen kelengkapan lainnya.
IPK
minimal pada pendidikan sebelumnya, magister Letter of acceptance (LoA) 2,75
tanpa LoA 3. Sementara doktoral IPK ada LoA 3, tanpa LoA 3,25. Usia maksimal
pada saat mendaftar magister maksimal 42 tahun dan doktor maksimal 47 tahun.
Saat ini pesantren
menjadi salah satu lembaga pendidikan anak yang menjadi solusi untuk
menghindari dari pergaulan bebas, yang hari ini sangat meresahkan dikalangan remaja dan
pemuda. Banyak orang tua lebih memilih pesantren dengan segala pertimbangan
untuk mencegah hal-hal buruk terjadi pada anak. Dan terbukti, setiap tahunnya,
rata-rata pesantren di seluruh Indonesia menampung santri dengan jumlah
pendaftar membludak (overload), apalagi pesantren yang sudah maju dan
berkembang pesat.
Namun, tidak semua
harapan para orang tua dapat terpenuhi, ada yang tidak lulus seleksi anaknya,
ada yang sudah lulus tapi anaknya tidak betah, ada yang sudah betah namun
terkendala pada biaya pendidikan, dan masalah lainnya sering menimpa para orang
tua wali santri.
Nah, berhubung saat ini sudah memasuki akhir
tahun, beberapa pesantren sudah mulai melakukan persiapan penerimaan santri baru
bahkan ada yang sudah membukanya, pada kesempatan ini hikayatsantri.com mencoba
merangkum beberapa ulasan mengenai tips memilih pesantren yang baik yang
disadur dari berbagai sumber, yang dapat dijadikan sebagai bacaan rujukan orang
tua sebelum memasukkan anaknya ke pesantren.
Perhatikan
Tipe, Sistem dan Model Pendidikan Pesantren
Di
Indonesia umumnya terdapat 2 (dua) jenis tipe pondok pesantren, Salafi
(tradisional) dan Modern (Terpadu, Ashriyah), silakan ditentukan terlebih
dahulu, si anak maunya pesantren yang jenis seperti apa, Salafi atau Modern,
salafi lebih mengkaji pada kitab-kitab kuning dan focus pada ilmu pengetahuan
saja umumnya, dengan system pengajian tradisional (seperti sorogan, wetonan,
dan bandongan), sedangkan modern pendidikannya memadukan ilmu agama dan umum,
dan terdapat jenjang pendidikannya, tingkat Tsanawiyah maupun Aliyah. Kemudian pesantren modern juga terdapat
kegiatan ekstrakurikulernya, layaknya sekolah umum, hanya saja pesantren lebih
bervariasi. Pesantren salafi juga ada kegiatan ekstrakurikulernya, hanya saja
tidak sebanyak dan seaktif pesantren modern.
Perhatikan
Biaya Pendidikannya
Pilihlah
pesantren yang sesuai dengan kemampuan finansial, agar tidak terjadi masalah
pada pendidikan anak, biaya pendidikan salah satu komponen pendukung jalannya
kegiatan pembelajaran untuk menunjang aktivitas proses belajar mengajar, dan
ini merupakan bagian dari pada salah satu pengorbanan dalam menuntut ilmu. Setiap
pesantren berbeda-beda biaya pendidikannya, tergantung pada system, sarana dan
prasarana, dan tenaga kependidikan yang terdapat pada pesantren tersebut.
Maka sebaiknya,
para orang tua memastikan biaya pendidikan terlebih dahulu sebelum memilih
pesantren, penuhi keinginan anak sesuai kemampuan finansial agar tidak bermasalah
pada pembiayaan pendidikan. Karena juga tidak sedikit, anak-anak putus
pendidikannya di pesantren terkendala pada biaya.
Perhatikan
Sarana dan Prasarana Pesantren
Fasilitas
pendidikan bagian dari pada salah satu penunjang kesuksesan pendidikan anak,
yang tidak dapat dipisahkan dari lembaga pendidikan. Hal ini memang bukan rumus
yang baku, karena ada juga pesantren yang berhasil melahirkan ouput santrinya
berkualitas meskipun minim fasilitas di pesantrennya.
Ada
banyak kasus, para orang tua mengeluh di tengah jalan karena kurangnya
fasilitas di pesantren anaknya, dan kerap membanding-bandingkan dengan
pesantren lain yang jauh lebih lengkap dari segi fasilitasnya. Padahal, biaya
pendidikan yang dikeluarkan tidak seberapa besar dari pesantren yang lebih
lengkap fasilitasnya. Jika ingin membanding-bandingkan harus fair, jangan
sampai terjebak dengan standar pendidikan pesantren lain, makanya sangat
penting memperhatikan terlebih dahulu fasilitas pesantren yang dituju agar
tidak ada keluhan dan penyesalan di kemudian hari.
Perhatikan
Kegiatan Formal dan Informal Pesantren
Kegiatan
tiap pesantren berbeda-beda, meskipun ada satu dua hal yang sama. Namun, semua kegiatan
pesantren sangat tergantung pada system dan pola pendidikan di pesantren
tersebut. Biasanya si anak akan memilih pesantren yang terdapat kegiatan yang
sesuai dengan minat dan bakatnya, terutama dalam kegiatan ekstrakurikulernya.
Umumnya, santri
lebih betah di pesantren yang sesuai dengan keinginannya. Maka para orang tua
harus mengecek terlebih dahulu, jika menginginkan anaknya menjadi penghafal Al
Qur’an maka pilih pesantren dan focus pada penghafalan Al Qur’an yang otomatis
kegiatannya lebih ringan, lebih banyak waktu untuk kegiatan penghafalan.
Perhatikan
Kurikulum Pendidikannya
Tidak
semua sama kurikulum antar pesantren, semua tergantung arah dan ouput yang
ingin dihasilkan oleh pesantren tersebut, jika pun terdapat kesamaan, biasanya
pada kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah seperti kurikulum 2013
yang saat ini sedang berjalan.
Memperhatikan
kurikulum pesantren terlebih dahulu juga penting, menyesuaikan dengan kemampuan
anak, karena juga tidak sedikit anak yang tidak betah di pesantren yang
akhirnya pindah karena ketidakmampuan anak menyerap sejumlah pelajaran yang
terdapat di pesantren. Kemampuan anak memang dapat diasah dan ditingkatkan,
tapi yang harus diingat bahwa setiap anak berbeda kemampuan masing-masing, dan
memilih pesantren yang sesuai keinginan dan kemampuannya akan lebih baik.
Perhatikan Letak Strategis dan Geografis Pesantren
Lokasi Pesantren Modern Al Manar Aceh | Photo hikayatsantri.com
Ada dua
pertimbangan yang mesti dilihat mengenai letak strategis dan geografis pesantren,
namun ada sisi positif dan negatifnya, pertama, memilih pesantren yang dekat
dan mudah dijangkau agar mudah mengunjungi anak ataupun mudah menemuinya saat
ada masalah di kemudian hari, namun memilih pesantren yang dekat kerap kali
membuat anak tidak betah di pesantren, sebab mudah teringat akan rumah, dan
mudah untuk pulang dan akan sering minta izin pulang. Dan fakta di lapangan,
santri yang sering izin pulang, dominan tidak bertahan lama di pesantren, sebab
baginya lebih nyaman dan enak di rumah dari pada di pesantren.
Kedua,
memilih pesantren yang jauh dari rumah dan akan jarang menemui si anak, dan ini
lebih baik untuk membuat anak lebih kuat dan mandiri di pesantren. Dengan catatan
orang tua harus siap, harus kuat jauh dari anak, bahkan kalau bisa letaknya
melewati kabupaten bahkan provinsi, agar si anak tidak sering minta izin
pulang. Dan para orang tua tidak akan terlalu sering mengunjungi anaknya, sebab
terlalu sering dikunjung juga membuat anak tidak betah. Jenguklah anak
jarang-jarang agar cinta makin berkembang. Hidup di perantauan, jauh dari orang
tua, membuat anak lebih kuat dan mandiri dari pada yang dekat dengan rumah.
Dan sisi lain
mengenai letak pesantren adalah dimana keberadaannya, di kota, di perdesaan,
tempat terpencil, dekat dengan pegunungan dan lainnya. Ini tergantung keinginan
para orang tua.
Perhatikan
Kenyamanan dan kebersihan Lingkungannya
Kenyamanan
salah satu factor membuat anak betah di pesantren, baik itu dari segi
kebersihan maupun keindahannya. Dan ini ada kaitannya dengan letak geografis dan
strategis pesantren. Biasanya lokasi pesantren di perdesaan dan terpencil lebih
nyaman dan asri, dan sedikit jauh dari perumahan masyarakat, dan ini lebih
banyak diminati, sebab tidak terlalu terganggu dengan aktivitas masyarakat. Karena
jika pesantren terlalu dekat dengan masyarakat, pesantren terkadang sering mengalami
kendala dan sering terjadi gesekan dengan masyarakat, apalagi jika dominan
masyarakatnya susah di ajak kerjasama dan tidak mau mengerti keadaan pesantren.
Jika dekat dengan
perkampungan atau perumahan, pesantren tidak bisa mengatur aktivitas
masyarakat, misalnya suara mesin pabrik, atau suara bising lainnya dari kegiatan
masyakarat. Dan sebaliknya jika pesantren membuat kegiatan di pesantren kerap
kali masyarakat terganggu, jadinya sedikit susah pesantren menggerakkan
kegiatannya, kecuali masyarakat ditempat tersebut memang sangat harmonis mudah diajak
kerjasama dan saling memahami dan mengerti. Dan hal ini, sulit terjadi, karena
tipikal masyarakat berbeda-beda.
Demikian beberapa
tips dari hikayatsantri.com kiat memilih pesantren, dan ini bersifat opini yang
dapat direvisi dan dikoreksi. Semoga bermanfaat.
Wakil Presiden Jusuf Kalla meresmikan
langsung Pondok Pesantren Ikatan Masjid Musala Indonesia Muthahidah (IMMIM)
Putera II, di Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, pada
Sabtu sore (28/10/2017).
Acara peresmian
itu berlangsung meriah karena dihadiri ribuan santri dari pondok pesantren
IMMIM. Para santri sempat tertawa saat Wakil Presiden kelahiran Sulawesi
Selatan itu berharap agar lulusan pesantren jangan ada yang jadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dalam pidato sambutannya.
"Jadi
anak-anak yang lulus dari pesantren jangan terlalu berharap untuk jadi PNS,
lupakan itu semuanya. Iya lupakan," kata Jusuf Kalla atau
JK yang disambung tawa dari ribuan santri dan undangan yang hadir.
Hal itu
diungkapkan JK karena jumlah lulusan sarjana dan jumlah PNS yang diterima
setiap tahunnya berbeda jauh.
"Zaman dulu orang andalkan ijazah, zaman
sekarang ijazah tidak berarti lagi. Kenapa tidak berarti ijazah sekarang,
karena dulu ijazah dipakai untuk jadi pegawai negeri. Sekarang pegawai negeri
yang diterima selama setahun paling tinggi 50 ribu (orang), itu pun
mungkin kurang, kemarin cuma 25 ribu (orang), sedangkan yang lulus sarjana
1 juta (orang) tiap tahun," papar Jusuf Kalla.
JK meminta agar
para santri lebih dini dididik untuk bisa menjadi pengusaha atau entrepreneur muda agar bisa bersaing di
era teknologi.
Pesantren modern
zaman sekarang, kata dia, harus bisa berinovasi, dan meningkatkan mutu. Pesantren
jangan lagi hanya mementingkan pendidikan ilmu dan keimanan. Karena pesantren
modern zaman sekarang berbeda dengan pesantren zaman dulu.
"Pesantren
modern memang meniru Gontor, tapi Gontor modern pada waktunya. Sekarang harus
lebih baik dari dahulu. Harus menciptakan suatu kreatif, itu yang dimaksud
modern di dewasa ini bukan hanya bajunya," jelas JK.
Ijazah penting,
tegas JK, tapi lebih penting lagi kemampuan. Karena ijazah bisa terbakar
sedangkan ilmu tidak. "ilmu tidak bisa hilang," JK menandaskan.
Hikayatsantri.com- Di pesantren, setiap bagian
organisasi baik itu dari pengurus dewan guru/asatidz maupun pengurus organisasi
santri sendiri mempunyai wewenang khusus dalam menyuruh anggota berdasarkan
keperluan program kerja masing-masing. Misalnya Bagian
Pengajaran dari dewan asatidz yang mewajibkan seluruh santri untuk membawa buku
pelajaran kemanapun mereka pergi saat masuk suasana ujian. Sudah barang tentu
perintah tersebut wajib ditaati oleh seluruh santri tanpa terkecuali.
Jelas,
setiap perintah pasti ada punishment tersendiri bagi mereka yang tidak
menaatinya, sama halnya dengan urusan ibadah kita sehari-hari, pasti ada reward dan punishment tersendiri bagi mereka yang menaati, menjalani dan bagi
mereka yang melanggarnya.
Nah, pada
kali ini redaksi hikayatsantri.com ingin menjelaskan tentang beberapa hal yang
dibebani kepada santri untuk membawa barang/benda tertentu kemanapun mereka
pergi dan apapun aktivitasnya. Kecuali dalam aktivitas dan keadaan tertentu yang dapat dimaklumi,
seperti ke kamar mandi dan sebagainya. Tapi, secara umumnya, barang-barang
tersebut hampir tidak lupa dibawa oleh santri, karena kalau mereka lupa, bagian
tertentu yang memberi perintah akan mengawasi, mengontrol dan memberi hukuman
bagi mereka yang tidak menaatinya.
1.Notebook/Kutaib
Photo Via Gontorgraphy
Note Book (
Baca : buku catatan kecil, buka notebook laptop, dalam bahasa arab disebut kutaib) adalah barang yang wajib dibawa
oleh santri kemanapun mereka pergi. Instruksi membawa notebook (kutaib) sendiri
dikeluarkan oleh Bagian Bahasa Santri baik itu dari dewan guru maupun dari
pengurus bahasa organisasi santri.
Setiap pagi
para santri diberi kosa kata olah bagian bahasa, kemudian para santri
mencatatnya di notebook tersebut, ditambah lagi dengan kosa kata sehari-hari
yang berkenaan dengan tema tertentu diwajibkan untuk ditulis oleh santri dalam
notebook tersebut. Dengan tujuan mereka bisa menghafalnya setiap hari. Selain itu, mereka juga bisa langsung mencatat setiap kosa
kata baru yang mereka dapatkan sehari-hari, misalnya saat
santri berbicara dengan ustadznya, kemudian mereka kesulitan pada kosa kata
tertentu sehingga pembicaraanya terhenti, disitulah para ustadz akan memberitahu
langsung kosa kata yang santri tidak ketahui tadi, ataupun para ustadz akan
menyuruh si anak untuk melihat di kamus dan mencatat di notebook tersebut. Inilah
salah satu alasan kenapa para santri dibebankan untuk membawa notes kecil
tersebut kemanapun mereka pergi.
Terbukti,
dengan notebook tersebut dapat memperkaya kosa kata santri sehari-hari. Dimana ada
waktu luang, seperti saat antri, mereka akan menghafal kosa kata tersebut. Metode
notebook ini sangat efektif diterapkan dalam meningkatkan kosa kata, baik itu
bahasa arab maupun bahasa inggris, karena belajar dengan keadaan sangat mudah
diterima oleh si anak.
2.Papan Nama
Photo Via Gontorgraphy
Papan nama sendiri berfungsi sebagai identitas santri, yang dilengkapi dengan asal daerah
santri atau kelas (tergantung pesantren). Papan nama tersebut menempel di
setiap baju yang dikenakan oleh santri kemanapun dan apapun aktivitasnya.
Dengan jumlah
santri yang banyak sudah pasti sangat sulit mengenal namanya, meskipun
terkadang dikenal wajahnya, sedangkan namanya rada-rada lupa. Nah, dengan adanya
papan nama para guru atau al akh pengurus organisasi dengan mudah memanggil
atau mengenali para santri.
Selain itu,
papan nama juga berguna untuk mengingat atau mencatat santri yang melanggar
disiplin oleh bagian penggerak disiplin, misalnya saat santri terlambat pergi
ke mesjid, bagian keamanan (salah satu bagian pengurus organisasi santri)
dengan mudah mencatatat namanya dengan menarik papan nama mereka dan kemudian
memanggilnya kembali sembari mengembalikan papan nama dan memberi hukuman atas
disiplin yang telah dilanggar.
3.Tas Sandal
Photo Via Gontorgraphy
Mungkin
bagi yang tidak terbiasa menentang tas sandal kemana-mana agak sedikit risih
melihat pemandangan santri yang membawa tas sandal kemana-mana. Perasaan kita
yang melihat kenapa mereka mau membawa tas kecil tersebut yang jelas-jelas merepotkan
sekali, tidak bebas.
Namun,
itulah pesantren. Mengajarkan istilah pencegahan lebih baik baik dari pada mengobati.
Kenapa tidak, angka kehilangan sandal di mesjid di Indonesia khususnya tercatat
sebagai kasus paling banyak terjadi. Ada yang mengambil secara utuh, atau yang
menukar dengan yang lebih baik, ada juga yang berlagak salah ambil sandal. Pokoknya
kasus pencurian sandal di mesjid-mesjid adalah kriminal sepele yang rawan
terjadi.
Pesantren mencoba
mengurangi angka kriminalitas tersebut, dengan mewajibkan santrinya membawa tas
sandal. Dengan harapan, kasus kehilangan sandal antara mereka terkurangi.
Memang,
dengan dinamika kehidupan pesantren yang dipenuhi oleh sejumlah santri dengan
karakter dan sifat yang berbeda-beda, tidak menutup kemungkinan pencurian sandal
tidak terjadi, bahkan mustahil. Karena hidup dalam lingkungan khalayak ramai, kejahatan
kecil-kecilan pasti akan terjadi, apalagi santrinya masih berusia tergolong
anak-anak.
Tiga benda
inilah yang membenani santri selama hidup di pesantren. Mau tidak mau harus
menjalankannya. Dan semua itu ada hikmah dan manfaatnya.
Hikayatsantri.com- Jika kita ingin men-survei pada
santri— atau setiap orang yang pernah nyantri
tentang apa yang mereka rasakan selama
di pesantren, pasti tidak sedikit yang menjawab bahwa kehidupan pesantren itu lelah
dan melelahkan tapi menyenangkan. Ya, karena memang begitu adanya. Kehidupan
pesantren yang penuh dengan kegiatan dan disiplin menjadikan santri terasa
berat menjalaninya.
Perasaan
tersebut tidak terlepas dari banyak kendala yang mereka hadapi selama menjadi
santri, terutama dalam mengikuti disiplin—terlebih lagi jika ada santri yang
background hidupnya dalam lingkungan orang berada—tidak terbiasa dengan dengan
kehidupan yang serba kekurangan— dan selalu diatur dengan berbagai disiplin. Lebih
jelasnya, kehidupan pesantren itu sangat sulit dijalani bagi setiap anak yang
selalu dimanjakan oleh orang tuanya. Yang kehidupannya serba ada, dan hidupnya
jarang diatur dan selalu dilayani, bukan melayani.
Nah, untuk
memasuki dunia pesantren sendiri hendaknya setiap individu melepaskan sikap
ketergantungan pada orang lain, termasuk orang tua. Harus berani melepaskan
diri dari bayang-bayang kehidupan yang selalu merasa enak dan nyaman. Jika hal-hal
tersebut sudah siap, mental sudah kuat, dan niatnya sudah benar dan tekad untuk
masuk pesantren sudah bulat, saat itulah baru seseorang dengan mudahnya
beradaptasi dengan dunia pesantren.
Namun, jika
sifat manja masih dipelihara—dan selalu ingin hidup enak dan dilayani, jangan
harap bisa sukses hidup di pesantren. Sebenarnya hal ini bukan saja berlaku
bagi santri yang datang dari keluarga yang mampu—karena ia bisa saja terjadi
pada setiap anak yang kehidupannya lumayan dimanjakan oleh orang tuanya.
Alangkah baiknya,
sebelum beranjak masuk ke pesantren persiapkan diri dengan matang dan harus
sadar bahwa kehidupan pesantren itu lelah dan melelahkan, membutuhkan sejuta
perjuangan dan pengorbanan untuk menaklukkannya.
Hidup pesantren itu banyak pahitnya juga banyak
manisnya. Yang jelas, pengalaman kamu semakin hari semakin bertambah
Yang harus
dipahami adalah bahwa hidup di pesantren itu tidak semudah merebahkan badan
diatas kasur yang empuk. Jalannya kehidupan pesantren berliku, terjal dan penuh
tantangan. Perjuangan demi perjuangan akan kita hadapi. Berbagai disiplin harus
kita ikuti. Berbagai aneka makanan, enak atau tidak tidak enak harus kita
nikmati. Tidak ada cara lain sukses hidup di pesantren kecuali dengan bersabar dan bertahan dengan semangat perjuangan dan jihad fi sabilillah. Niatkan bahwa
tujuan ke pesantren untuk menuntut ilmu sebagai ibadah dan sudah siap menerima
berbagai resiko, jauh dari orang tua dan sebagainya.
Namun, dari
sekian banyak rintangan juga banyak terdapat sejumlah pengalaman tentunya. Pengalaman
hidup yang sangat berharga tiada tara. Tidak ada kehidupan yang paling indah
kecuali hidup di pesantren. Yang penuh dengan suka dan duka. Masalah yang datang
silih berganti menjadi teman hidup yang harus dijalani bersama—tapi dengan
masalah tersebutlah seseorang mendapatkan pengalaman yang sangat mahal. Karena seseorang
akan mudah menjalani kehidupan jika banyak pengalaman hidup yang pernah ia rasakan.
Meskipun berat, tapi dibalik beratnya perjuanganmu ada
kemuliaan dan keindahan yang akan kamu rasakan
Akhirnya
segalanya, siapapun yang sudah benar niatnya untuk hidup di pesantren
kesuksesan akan menghampirinya. Tanpa terkecuali, baik ia datang keluarga yang
berada ataupun tidak. Karena perbedaan strata kehidupan tidak membedakan
kehidupan santri di pesantren, status mereka tetap sama atas nama santri. Yang akan
sama-sama berjuang, bekerja, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, yang
duduk sama rendah dan yang berdiri sama tinggi. Karena tidak sedikit santri
yang berasal dari keluarga kaya kehidupannya sugguh memprihatinkan dari santri
yang lain, bukan tidak dipedulikan oleh orang tuanya, tapi karena kesederhanaanyang dimilikinya.
Jika benar
niatnya, maka mudah jalannya menjadi santri. Dan harus yakin, dibalik
perjuangan yang berat, ada kemuliaan dan keindahan didalamnya. Cepat atau
lambat semua akan terasa. Sudah siap jadi santri ?