Hikayatsantri.com - Informasi
tentang ketentuan yang berlaku bilamana suatu pondok pesantren belum memenuhi
syarat dan ketentuan untuk mendapatkan nomor statistik pondok pesantren (NSPP)
serta izin operasional pondok pesantren mengacu pada Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3408 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis Izin
Operasional Pondok Pesantren Yang Ditetapkan Di Jakarta Pada Tanggal 25 Oleh Direktur
Jenderal Kamaruddin Amin, posisi Kankemenag Kabupaten jika menghadapi situasi
seperti beginian.
Tugas
Kantor Kementerian Agama Kabupaten / Kota
Sebagai bagian dari
pelaksanaan tugas dan fungsi pembinaan pondok pesantren, pejabat unit kerja
pada Kankemenag Kab./Kota yang memiliki tugas dan tanggungjawab atas :
1.Pembinaan pondok pesantren
mengupayakan untuk memiliki data dan informasi pondok pesantren didaerahnya
yang belum dan/atau sudah memiliki izin operasional, dan
2.Mengupayakan agar pondok
pesantren yang memenuhi syarat sebagaimana ketentuan dalam petunjuk teknis ini
untuk memiliki izin operasional.
Pengecualian dalam perizinan Pondok Pesantren
Dalam hal pesantren belum
memenuhi keseluruhan ketentuan persyaratan izin operasional pondok pesantren,
dapat diberikan pengecualian sepanjang tidak menyangkut :
keberadaan
kyai,
santri
mukim,
asrama
atau pondok,
masjid
atau mushalla, serta
kajian
kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan mu’allimin,
dengan dilakukan pembinaan
paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal penetapan Keputusan Izin Operasional
Pondok Pesantren.
Apabila sistem informasi
manajemen data belum disiapkan oleh pengelola data dan informasi direktorat
jenderal, penyampaian permohonan persetujuan izin operasional pondok pesantren,
serta penyampaian salinan keputusan izin operasional pondok pesantren dan NSPP
dapat dilakukan dengan mekanisme alur data secara manual sesuai ketentuan yang
berlaku.
Salinan Keputusan Izin
Operasional Pondok Pesantren dan Asli Piagam Izin Operasional Pondok Pesantren
diserahkan kepada pesantren.
Pengelola data dan
informasi pada Kankemenag Kab./Kota mendokumentasikan dan menyimpan dengan baik
seluruh Dokumen Pengajuan,
rekomendasi
izin operasional pondok pesantren,
salinan
Keputusan Izin Operasional Pondok Pesantren,
serta
salinan Piagam Izin Operasional Pondok Pesantren, dalam bentuk hardcopy
dan bentuk hardcopy yang dikonversi ke dalam bentuk softcopy.
Pengelola data dan
informasi pada Kankemenag Kab./Kota membuat basis data elektronik seluruh izin
operasional pondok pesantren, sekurangnya meliputi data dan informasi dasar
pondok pesantren, NSPP, serta tanggal habis masa berlaku izin operasional
pondok pesantren dengan menyertakan data dan informasi keputusan terkait.
Kesimpulan
Kankemenag Kabupaten
bertanggungjawab atas pembinaan pesantren yang sudah memiliki ijob serta
pendampingan bagi yang belum punya
Dalam Kondisi tertentu izin
operasional dapat diberikan sepanjang tidak menyangkut syarat keberadaan kyai,
santri mukim, asrama atau pondok, tempat ibadah, kajian kitab kuning/dirasah
islamiyah (SK Kemenkumham/tanah wakaf/akte notaris bisa diabaikan?)
Mekanisme izin operasional
dilakukan secara manual jika aplikasi belum siap
Salinan Keputusan &
Asli Piagam Izin Operasional Pondok Pesantren disimpan oleh ponpes yang
bersangkutan
Kankemenag menyimpan keseluruhan data baik secara salinan kertas (hardcopy)
maupun file (softcopy)
Demikian hal yang berkaitan
dengan keadaan dimana lembaga pondok pesantren tidak memenuhi persyaratan untuk
diberikan ijop dari Jakarta.
Anda santri atau tenaga pengajar di pondok pesantren? silakan ambil kesempatan berharga ini untuk meningkatkan kapasitas keilmuan untuk jenjang Magister dan Doktor. Berikut syaratnya :
Pemerintah
melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan ( LPDP) meluncurkan beasiswa santri
yang ditujukan untuk peserta didik, pendidik, dan atau tenaga kependidikan di
pondok pesantren yang aktif minimal selama tiga tahun dalam kegiatan pendidikan
di lingkungan pesantren.
Nantinya,
program beasiswa santri ini akan diberikan kepada 100 santri terpilih untuk
melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang S2 dan S3.
Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, usulan mengenai beasiswa santri ini
sudah diajukan oleh Presiden Joko Widodo sejak awal dirinya kembali menjabat
posisi Menteri Keuangan di pertengahan tahun 2016.
"Saya senang sekali kita berhasil
meluncurkan hasil keputusan yang dibuat waktu sidang kabinet, waktu kami
kembali menjadi Menteri Keuangan," ujar dia dalam acara Peluncuran
Beasiswa Santri di kawasan Kementerian Agama, Senin (12/11/2018).
Adapun
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, program beasiswa santri
melalui LPDP ini merupakan afirmasi khusus yang ditujukan kepada ekosistem
pondok pesantren. Sehingga dirinya berharap, para santri dapat memanfaatkan
beasiswa ini untuk mengembangkan institusi pondok pesantren, agar kelembagaan
pondok pesantren menjadi semakin kuat.
Selain itu, berbagai ilmu yang selama ini
dikembangkan melalui pondok pesantren pun semakin berkualitas.
"Mereka
yang selama ini mengelola pondok pesantren mengalami peningkatan wawasan
keilmuan melalui program beasiswa ini. Jadi sekaligus, insititusinya
dikembangkan dan keilmuannya pun berkembang," jelas Luthfi dalam
kesempatan yang sama.
Adapun Sri Mulyani menambahkan, anggaran yang
akan disalurkan untuk program beasiswa santri ini berasal dari dana abadi
pendidikan tahun 2019 yang sudah ditambahkan sebesar Rp 20 triliun.
"Anggaran
LPDP 2019 kami dapat tambahan Rp 20 triliun untuk masuk di dana abadi, jadi
dana yang digunakan untuk 100 santri sama. Tidak ada pos terpisah," jelas
Sri Mulyani.
Persyaratan
Beasiswa Santri LPDP
Adapun
persyaratan pendaftaran beasiswa santri LPDP adalah pertama merupakan santri
aktif, pendidik dan atau tenaga kependidikan di Pondok Pesantren minimal 3
tahun terakhir. Kedua merupakan Alumni Program Beasiswa Santri Berprestasi
(APBS) yang pada saat mendaftar aktif dalam pengembangan Pondok Pesantren
minimal 3 tahun terakhir. Ketiga, pondok pesantren terdaftar dalam list
Kemenag.
Adapun
bidang studi yang dibuka untuk beasiswa ini antara lain, pertama bidang-bidang
pengembangan kapasitas kelembagaan pesantren manajemen, kesehatan lingkungan,
ekonomi syariah, pertanian, ilmu sosial dan politik, seni dan budaya, astronomi,
hukum.
Kedua,
bidang keilmuan pesantren ilmu falak, ilmu syariah, perbandingan mazhab, ilmu
maqulaat, ilmu arudh, ilmu tahqiq, ilmu faraid, ilumul qur'an, ulumul hadits
serta sirah/tarikh. Ketiga, bidang ilmu prioritas LPDP.
Siapkan
4 Dokumen Penting ini
Pendaftar
juga diwajibkan untuk melampirkan empat dokumen penting. Pertama, surat
keterangan santri mukim atau aktif dalam pengembangan pesantren minimal 3 tahun
dan surat rekomendasi dari pimpinan pondok pesantren.
Kedua,
surat kesediaan mengabdi di pondok pesantren setelah menyelesaikan studi selama
2n+1. Ketiga, rekomendasi dari Kementerian Agama minimal tingkat
kabupaten/kota. Empat, dokumen kelengkapan lainnya.
IPK
minimal pada pendidikan sebelumnya, magister Letter of acceptance (LoA) 2,75
tanpa LoA 3. Sementara doktoral IPK ada LoA 3, tanpa LoA 3,25. Usia maksimal
pada saat mendaftar magister maksimal 42 tahun dan doktor maksimal 47 tahun.
Saat ini pesantren
menjadi salah satu lembaga pendidikan anak yang menjadi solusi untuk
menghindari dari pergaulan bebas, yang hari ini sangat meresahkan dikalangan remaja dan
pemuda. Banyak orang tua lebih memilih pesantren dengan segala pertimbangan
untuk mencegah hal-hal buruk terjadi pada anak. Dan terbukti, setiap tahunnya,
rata-rata pesantren di seluruh Indonesia menampung santri dengan jumlah
pendaftar membludak (overload), apalagi pesantren yang sudah maju dan
berkembang pesat.
Namun, tidak semua
harapan para orang tua dapat terpenuhi, ada yang tidak lulus seleksi anaknya,
ada yang sudah lulus tapi anaknya tidak betah, ada yang sudah betah namun
terkendala pada biaya pendidikan, dan masalah lainnya sering menimpa para orang
tua wali santri.
Nah, berhubung saat ini sudah memasuki akhir
tahun, beberapa pesantren sudah mulai melakukan persiapan penerimaan santri baru
bahkan ada yang sudah membukanya, pada kesempatan ini hikayatsantri.com mencoba
merangkum beberapa ulasan mengenai tips memilih pesantren yang baik yang
disadur dari berbagai sumber, yang dapat dijadikan sebagai bacaan rujukan orang
tua sebelum memasukkan anaknya ke pesantren.
Perhatikan
Tipe, Sistem dan Model Pendidikan Pesantren
Di
Indonesia umumnya terdapat 2 (dua) jenis tipe pondok pesantren, Salafi
(tradisional) dan Modern (Terpadu, Ashriyah), silakan ditentukan terlebih
dahulu, si anak maunya pesantren yang jenis seperti apa, Salafi atau Modern,
salafi lebih mengkaji pada kitab-kitab kuning dan focus pada ilmu pengetahuan
saja umumnya, dengan system pengajian tradisional (seperti sorogan, wetonan,
dan bandongan), sedangkan modern pendidikannya memadukan ilmu agama dan umum,
dan terdapat jenjang pendidikannya, tingkat Tsanawiyah maupun Aliyah. Kemudian pesantren modern juga terdapat
kegiatan ekstrakurikulernya, layaknya sekolah umum, hanya saja pesantren lebih
bervariasi. Pesantren salafi juga ada kegiatan ekstrakurikulernya, hanya saja
tidak sebanyak dan seaktif pesantren modern.
Perhatikan
Biaya Pendidikannya
Pilihlah
pesantren yang sesuai dengan kemampuan finansial, agar tidak terjadi masalah
pada pendidikan anak, biaya pendidikan salah satu komponen pendukung jalannya
kegiatan pembelajaran untuk menunjang aktivitas proses belajar mengajar, dan
ini merupakan bagian dari pada salah satu pengorbanan dalam menuntut ilmu. Setiap
pesantren berbeda-beda biaya pendidikannya, tergantung pada system, sarana dan
prasarana, dan tenaga kependidikan yang terdapat pada pesantren tersebut.
Maka sebaiknya,
para orang tua memastikan biaya pendidikan terlebih dahulu sebelum memilih
pesantren, penuhi keinginan anak sesuai kemampuan finansial agar tidak bermasalah
pada pembiayaan pendidikan. Karena juga tidak sedikit, anak-anak putus
pendidikannya di pesantren terkendala pada biaya.
Perhatikan
Sarana dan Prasarana Pesantren
Fasilitas
pendidikan bagian dari pada salah satu penunjang kesuksesan pendidikan anak,
yang tidak dapat dipisahkan dari lembaga pendidikan. Hal ini memang bukan rumus
yang baku, karena ada juga pesantren yang berhasil melahirkan ouput santrinya
berkualitas meskipun minim fasilitas di pesantrennya.
Ada
banyak kasus, para orang tua mengeluh di tengah jalan karena kurangnya
fasilitas di pesantren anaknya, dan kerap membanding-bandingkan dengan
pesantren lain yang jauh lebih lengkap dari segi fasilitasnya. Padahal, biaya
pendidikan yang dikeluarkan tidak seberapa besar dari pesantren yang lebih
lengkap fasilitasnya. Jika ingin membanding-bandingkan harus fair, jangan
sampai terjebak dengan standar pendidikan pesantren lain, makanya sangat
penting memperhatikan terlebih dahulu fasilitas pesantren yang dituju agar
tidak ada keluhan dan penyesalan di kemudian hari.
Perhatikan
Kegiatan Formal dan Informal Pesantren
Kegiatan
tiap pesantren berbeda-beda, meskipun ada satu dua hal yang sama. Namun, semua kegiatan
pesantren sangat tergantung pada system dan pola pendidikan di pesantren
tersebut. Biasanya si anak akan memilih pesantren yang terdapat kegiatan yang
sesuai dengan minat dan bakatnya, terutama dalam kegiatan ekstrakurikulernya.
Umumnya, santri
lebih betah di pesantren yang sesuai dengan keinginannya. Maka para orang tua
harus mengecek terlebih dahulu, jika menginginkan anaknya menjadi penghafal Al
Qur’an maka pilih pesantren dan focus pada penghafalan Al Qur’an yang otomatis
kegiatannya lebih ringan, lebih banyak waktu untuk kegiatan penghafalan.
Perhatikan
Kurikulum Pendidikannya
Tidak
semua sama kurikulum antar pesantren, semua tergantung arah dan ouput yang
ingin dihasilkan oleh pesantren tersebut, jika pun terdapat kesamaan, biasanya
pada kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah seperti kurikulum 2013
yang saat ini sedang berjalan.
Memperhatikan
kurikulum pesantren terlebih dahulu juga penting, menyesuaikan dengan kemampuan
anak, karena juga tidak sedikit anak yang tidak betah di pesantren yang
akhirnya pindah karena ketidakmampuan anak menyerap sejumlah pelajaran yang
terdapat di pesantren. Kemampuan anak memang dapat diasah dan ditingkatkan,
tapi yang harus diingat bahwa setiap anak berbeda kemampuan masing-masing, dan
memilih pesantren yang sesuai keinginan dan kemampuannya akan lebih baik.
Perhatikan Letak Strategis dan Geografis Pesantren
Lokasi Pesantren Modern Al Manar Aceh | Photo hikayatsantri.com
Ada dua
pertimbangan yang mesti dilihat mengenai letak strategis dan geografis pesantren,
namun ada sisi positif dan negatifnya, pertama, memilih pesantren yang dekat
dan mudah dijangkau agar mudah mengunjungi anak ataupun mudah menemuinya saat
ada masalah di kemudian hari, namun memilih pesantren yang dekat kerap kali
membuat anak tidak betah di pesantren, sebab mudah teringat akan rumah, dan
mudah untuk pulang dan akan sering minta izin pulang. Dan fakta di lapangan,
santri yang sering izin pulang, dominan tidak bertahan lama di pesantren, sebab
baginya lebih nyaman dan enak di rumah dari pada di pesantren.
Kedua,
memilih pesantren yang jauh dari rumah dan akan jarang menemui si anak, dan ini
lebih baik untuk membuat anak lebih kuat dan mandiri di pesantren. Dengan catatan
orang tua harus siap, harus kuat jauh dari anak, bahkan kalau bisa letaknya
melewati kabupaten bahkan provinsi, agar si anak tidak sering minta izin
pulang. Dan para orang tua tidak akan terlalu sering mengunjungi anaknya, sebab
terlalu sering dikunjung juga membuat anak tidak betah. Jenguklah anak
jarang-jarang agar cinta makin berkembang. Hidup di perantauan, jauh dari orang
tua, membuat anak lebih kuat dan mandiri dari pada yang dekat dengan rumah.
Dan sisi lain
mengenai letak pesantren adalah dimana keberadaannya, di kota, di perdesaan,
tempat terpencil, dekat dengan pegunungan dan lainnya. Ini tergantung keinginan
para orang tua.
Perhatikan
Kenyamanan dan kebersihan Lingkungannya
Kenyamanan
salah satu factor membuat anak betah di pesantren, baik itu dari segi
kebersihan maupun keindahannya. Dan ini ada kaitannya dengan letak geografis dan
strategis pesantren. Biasanya lokasi pesantren di perdesaan dan terpencil lebih
nyaman dan asri, dan sedikit jauh dari perumahan masyarakat, dan ini lebih
banyak diminati, sebab tidak terlalu terganggu dengan aktivitas masyarakat. Karena
jika pesantren terlalu dekat dengan masyarakat, pesantren terkadang sering mengalami
kendala dan sering terjadi gesekan dengan masyarakat, apalagi jika dominan
masyarakatnya susah di ajak kerjasama dan tidak mau mengerti keadaan pesantren.
Jika dekat dengan
perkampungan atau perumahan, pesantren tidak bisa mengatur aktivitas
masyarakat, misalnya suara mesin pabrik, atau suara bising lainnya dari kegiatan
masyakarat. Dan sebaliknya jika pesantren membuat kegiatan di pesantren kerap
kali masyarakat terganggu, jadinya sedikit susah pesantren menggerakkan
kegiatannya, kecuali masyarakat ditempat tersebut memang sangat harmonis mudah diajak
kerjasama dan saling memahami dan mengerti. Dan hal ini, sulit terjadi, karena
tipikal masyarakat berbeda-beda.
Demikian beberapa
tips dari hikayatsantri.com kiat memilih pesantren, dan ini bersifat opini yang
dapat direvisi dan dikoreksi. Semoga bermanfaat.
Dalam menghadapi ujian, pesantren mempunyai prinsip tersendiri yang harus di pahami oleh santri, dan
harus di amalkan untuk mendapat nilai yang optimal dalam ujian, nilai yang sangat berharga sebagai modal untuk mengarungi kehidupan kelak.
Prinsip ini dipopulerkan oleh
Pondok Modern Darussalam Gontor melalui Kyainya KH. Hasan Abdullah Sahal.
Gontor selalu menjadi inspirasi untuk pesantren lain khususnya pesantren yang
menganut sistem modern dan mengikuti kurikulum yang di gunakan oleh Gontor.
“kita menuntut ilmu untuk menjadi orang baik, bukan orang yang
bisa menjawab pertanyaan ujian saja. ujian untuk belajar bukan belajar untuk
ujian. Jangan salah kaprah.”
Melalui bait kata-kata diatas, pesantren ingin mengatakan kepada
santri bahwa nilai utama yang harus digapai melalui ujian bukanlah pada hasil
nilai yang tertulis di lembaran kertas, yang kemudian menjadi kebanggaan santri untuk
diperlihatkan kepada orang tua, melainkan predikat yang harus diraih adalah
adanya perubahan sikap pada diri santri itu
sendiri yang berubah menjadi lebih baik setelah mengikuti ujian.
Pola pikir santri dalam menghadapi ujian harus menjadi “ kita
belajar untuk menjadi orang baik” bukan sebaliknya. Didalam menghadapi ujian
ada fase-fase yang harus dijalani, memulai dengan sebuah niat, kesungguhan,
usaha yang keras dan tentunya di imbangi dengan do’a. Dari totalitas kehidupan
yang dijalani selama ujian inilah akan terbentuk suatu nilai dan kecerdasan spiritual pada
santri.
Dan salah satu nilai plus pesantren dalam menghadapi ujian
adalah pengkondisian. Pesantren menciptakan suasana dan ruh ujiannya. Dan semua
kegiatan selain yang berkenaan dengan belajar akan diberhentikan untuk
sementara waktu, semua santri harus focus pada ujian. Ketika ruh ujian ini
sudah tercipta, maka santri sulit terpengaruhi dengan kegiatan lain kecuali
untuk belajar dan beribadah. Dan mungkin ini yang tidak didapatkan di luar
pesantren, ruh ujian siswa sering terganggu dengan kegiatan lain dengan aneka
ragam kegiatan yang sifatnya diluar sekolah.
Dan selama pengkondisian ini, para santri terus diarahkan oleh
ustadz(ah)-nya melalui bimbingan belajar yang terkontrol pada malam hari,
melalui nasehat-nasehat kyainya, diberikan tips-tips tertentu dalam menghadapi
ujian, kemudian belum lagi dengan kegiatan sahiral layalnya (bangun ditengah
malam untuk tahajud dan belajar), yang intinya pola pikir santri terus ditata
menjadi lebih baik dalam menghadapi ujian. Baca Juga :
Kenapa pola pikir dalam menghadapi ujian “ kita belajar untuk
menjadi orang baik” ini perlu ditanamkan pada jiwa santri ? Karena problematika
dalam keseharian proses pendidikan kita hari ini adalah masih banyak para pelajar
yang menganggap belajar hanya untuk bisa menjawab soal-soal mata pelajaran yang
diujikan. Padahal, makna pelajar lebih dari itu.
Nasehat KH. Hasan
Abdullah Sahal sangat menyentuh dan menginspirasi, banyak kejadian hidup
yang harus kita maknai, dan tugas terbesar kita hidup pun untuk memaknai
hidup. Seluruh aspek yang kita lakukan berawal dari sebuah pemikiran. Perlakuan
yang salah karena dari pemikiran yang salah pula. Maka kita harus tata
pemikiran dengan rapi dan benar. “kita belajar untuk menjadi orang baik.”
Di zaman yang modern ini
banyak kita temukan orang yang pintar sekali, namun akhlak dan kelakuannya
tidak mencermikan kepintarannya. Banyak orang yang merelakan sikap
kejujurannya, hanya demi sebuah angka yang tinggi.
Masya Allah, miris sekali rasanya melihat para pelajar yang
membeli jawaban pertanyaan ujian. Mereka rela berbuat kecurangan hanya untuk
sebuah angka yang tertera dalam sebuah kertas. Baca Juga :
Orang tua yang baik pasti menyekolahkan anaknya untuk menjadi
orang yang baik dan bermanfaat bukan ? maka jangan salah melangkah. Untuk apa
pintar tapi korupsi dan menyusahkan orang lain ? untuk apa pintar tapi selalu
membuat kriminal ? sebagai manusia kita diberikan fitrah untuk mengetahui dan
memilih mana yang salah dan mana yang benar.
Melangkah ke jalan yang benar dan melangkah ke jalan yang salah
itu juga termasuk pilihan hidup . Negara-negara yang memiliki sistem pendidikan
yang baik menganggap anak yang tidak bisa matematika lebih baik dari pada anak
yang tidak bisa mengantri, karena tidak bisa mengantri adalah masalah sosial
dan akhlak.
Di era modern saat ini, tentu orang yang hanya bermodalkan baik
saja tidak cukup untuk kompeten dan bersaing. Butuh kualitas dan kreativitas.
Maka antara intelektual dan akhlak harus seimbang.
Di Pesantren kedua hal tersebut sangat diperhatikan, akhlak dan
intelektual. Maka sangat benar apa yang dikatakan KH. Hasan Abdullah Sahal “ menuntut ilmu untuk menjadi orang baik”
bukan hanya untuk menjawab soal-soal dalam ujian saja. karena belajar itu luas
dan mencakup hal yang sangat banyak. Kalau kita hanya menjadi manusia yang
pintar dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam soal ujian saja, nanti
akan menjadi pintar namun tak bermoral sehingga dapat dengan mudah membuat
kejahatan. Maka jangan salah kaprah ! Baca Juga :
Pada akhirnya, kita memang tidak menafikan bahwa nilai yang
terlihat di lembaran kertas itu penting, apalagi dengan sistem pendidikan
Indonesia hari ini, nilai tersebut menjadi acuan bagi siapa saja untuk menilai
kualitas seseorang. Namun,ada variabel
lain dalam kehidupan ini yang harus diketahui dan ini jauh lebih penting dari
pada nilai yang tertera pada ijazah maupun rapor siswa,yaitu nilai-nilai moral dan akhlak yang harus
melekat pada prinsip kehidupan seseorang, dan ini menjadi modal utama dalam
dunia pendidikan “adab lebih tinggi dari pada ilmu”. Maka mengimbangi antara
keduanya jauh lebih baik, pintar berilmu dan beradab.
Untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut, pesantren selalu
berusaha mengarahkan santri ke arah yang lebih baik tak terkecuali di masa
ujian saja. Tak dapat dibantah, bahwa akhlak terpuji seseorang adalah suatu
nilai yang paling mahal pada diri seseorang. Menjadi nilai yang tidak dapat
dihargai dengan angka, ia selalu berada diatas segala-galanya yang bermuara
pada nilai ibadah dan spiritual seseorang.
“Banyak orang bertitel, tapi tidak berkualitas. Dan banyak orang
yang berkualitas, walaupun mereka tidak bertitel.”- KH. Hasan Abdullah Sahal
Pesantren, selain tempat belajar paling nyaman juga sebagai tempat lahirnya berbagai cerita hidup paling berharga, cerita tersebut lahir dari berbagai sudut kehidupan pesantren. Kisah demi kisah terciptakan setiap harinya di kalangan santri. Ada cerita suka, duka, canda tawa bahagia maupun cerita sedih tentang pengorbanan dan perjuangan. Keseruan nyantri hidup di asrama memang banyak kisahnya. Hanya alumni pesantren lah yang lebih mengetahui, yang sudah merasakan pahit getirnya kehidupan pesantren yang akhirnya menjadi bahan pemmbicaraan saat ngopi bersama teman-teman, menjadi topik pembahasan di saat reunian, pokoknya seru ! Selain itu, ada juga sebutan-sebutan untuk santri yang lahir dari bahasa tertentu untuk santri, baik itu dari bahasa arab, inggris ataupun bahasa plesetan yang menjadi istilah tertentu menggambarkan keadaan santri tersebut. Ada juga yang berbentuk laqob (gelar) yang disematkan pada santri tertentu karena perangainya, misalnya, abu naum, untuk santri yang sering tidur, abu akl (akala-yak kulu) , untuk santri yang banyak makan dan lain sebagainya. Cerita ini hanya ada di kalangan santri saja, dan menjadi kisah yang sangat indah untuk diulas kembali setelah mereka tamat dari pesantren. baca juga :
Berikut ini beberapa istilah di kalangan santri yang hikayatsantri.com himpun dari instagram gontorwordgraphy, istilah-istilah ini khususnya di gunakan oleh anak-anak Gontor, dan umumnya oleh santri-santri pesantren yang menganut sistem dan kurikulum Gontor.