Sabtu, 20 Oktober 2018

Di Pesantren, Ujian Untuk Belajar Bukan Belajar Untuk Ujian

Di Pesantren, Ujian Untuk Belajar Bukan Belajar Untuk Ujian


Dalam menghadapi ujian, pesantren mempunyai prinsip tersendiri yang harus di pahami oleh santri, dan harus di amalkan untuk mendapat nilai yang optimal dalam ujian, nilai yang sangat berharga sebagai modal untuk mengarungi kehidupan kelak.
Prinsip ini dipopulerkan oleh Pondok Modern Darussalam Gontor melalui Kyainya KH. Hasan Abdullah Sahal. Gontor selalu menjadi inspirasi untuk pesantren lain khususnya pesantren yang menganut sistem modern dan mengikuti kurikulum yang di gunakan oleh Gontor.
“kita menuntut ilmu untuk menjadi orang baik, bukan orang yang bisa menjawab pertanyaan ujian saja. ujian untuk belajar bukan belajar untuk ujian. Jangan salah kaprah.”

Di Pesantren, Ujian Untuk Belajar Bukan Belajar Untuk Ujian

Melalui bait kata-kata diatas, pesantren ingin mengatakan kepada santri bahwa nilai utama yang harus digapai melalui ujian bukanlah pada hasil nilai yang tertulis di lembaran kertas, yang kemudian menjadi kebanggaan santri untuk diperlihatkan kepada orang tua, melainkan predikat yang harus diraih adalah adanya  perubahan sikap pada diri santri itu sendiri yang berubah menjadi lebih baik setelah mengikuti ujian.
Pola pikir santri dalam menghadapi ujian harus menjadi “ kita belajar untuk menjadi orang baik” bukan sebaliknya. Didalam menghadapi ujian ada fase-fase yang harus dijalani, memulai dengan sebuah niat, kesungguhan, usaha yang keras dan tentunya di imbangi dengan do’a. Dari totalitas kehidupan yang dijalani selama ujian inilah akan terbentuk suatu nilai dan kecerdasan spiritual pada santri.
Dan salah satu nilai plus pesantren dalam menghadapi ujian adalah pengkondisian. Pesantren menciptakan suasana dan ruh ujiannya. Dan semua kegiatan selain yang berkenaan dengan belajar akan diberhentikan untuk sementara waktu, semua santri harus focus pada ujian. Ketika ruh ujian ini sudah tercipta, maka santri sulit terpengaruhi dengan kegiatan lain kecuali untuk belajar dan beribadah. Dan mungkin ini yang tidak didapatkan di luar pesantren, ruh ujian siswa sering terganggu dengan kegiatan lain dengan aneka ragam kegiatan yang sifatnya diluar sekolah.
Di Pesantren, Ujian Untuk Belajar Bukan Belajar Untuk Ujian

Dan selama pengkondisian ini, para santri terus diarahkan oleh ustadz(ah)-nya melalui bimbingan belajar yang terkontrol pada malam hari, melalui nasehat-nasehat kyainya, diberikan tips-tips tertentu dalam menghadapi ujian, kemudian belum lagi dengan kegiatan sahiral layalnya (bangun ditengah malam untuk tahajud dan belajar), yang intinya pola pikir santri terus ditata menjadi lebih baik dalam menghadapi ujian.
Baca Juga : 

Menjadi Santri, Beratnya Perjuangan Namun Kaya Pengalaman

Kenapa pola pikir dalam menghadapi ujian “ kita belajar untuk menjadi orang baik” ini perlu ditanamkan pada jiwa santri ? Karena problematika dalam keseharian proses pendidikan kita hari ini adalah masih banyak para pelajar yang menganggap belajar hanya untuk bisa menjawab soal-soal mata pelajaran yang diujikan. Padahal, makna pelajar lebih dari itu.
Nasehat KH. Hasan Abdullah Sahal sangat menyentuh dan menginspirasi, banyak kejadian hidup yang harus kita maknai, dan tugas terbesar kita hidup pun untuk memaknai hidup. Seluruh aspek yang kita lakukan berawal dari sebuah pemikiran. Perlakuan yang salah karena dari pemikiran yang salah pula. Maka kita harus tata pemikiran dengan rapi dan benar. “kita belajar untuk menjadi orang baik.”
Di Pesantren, Ujian Untuk Belajar Bukan Belajar Untuk Ujian

 Di zaman yang modern ini banyak kita temukan orang yang pintar sekali, namun akhlak dan kelakuannya tidak mencermikan kepintarannya. Banyak orang yang merelakan sikap kejujurannya, hanya demi sebuah angka yang tinggi.
Masya Allah, miris sekali rasanya melihat para pelajar yang membeli jawaban pertanyaan ujian. Mereka rela berbuat kecurangan hanya untuk sebuah angka yang tertera dalam sebuah kertas.

Baca Juga : 

Wajib Baca ! Ini Dia Pesan KH. Hasan Abdullah Sahal Untuk Wali Santri

Orang tua yang baik pasti menyekolahkan anaknya untuk menjadi orang yang baik dan bermanfaat bukan ? maka jangan salah melangkah. Untuk apa pintar tapi korupsi dan menyusahkan orang lain ? untuk apa pintar tapi selalu membuat kriminal ? sebagai manusia kita diberikan fitrah untuk mengetahui dan memilih mana yang salah dan mana yang benar.
Melangkah ke jalan yang benar dan melangkah ke jalan yang salah itu juga termasuk pilihan hidup . Negara-negara yang memiliki sistem pendidikan yang baik menganggap anak yang tidak bisa matematika lebih baik dari pada anak yang tidak bisa mengantri, karena tidak bisa mengantri adalah masalah sosial dan akhlak.
Di Pesantren, Ujian Untuk Belajar Bukan Belajar Untuk Ujian

Di era modern saat ini, tentu orang yang hanya bermodalkan baik saja tidak cukup untuk kompeten dan bersaing. Butuh kualitas dan kreativitas. Maka antara intelektual dan akhlak harus seimbang.
Di Pesantren kedua hal tersebut sangat diperhatikan, akhlak dan intelektual. Maka sangat benar apa yang dikatakan KH. Hasan Abdullah Sahal “ menuntut ilmu untuk menjadi orang baik” bukan hanya untuk menjawab soal-soal dalam ujian saja. karena belajar itu luas dan mencakup hal yang sangat banyak. Kalau kita hanya menjadi manusia yang pintar dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam soal ujian saja, nanti akan menjadi pintar namun tak bermoral sehingga dapat dengan mudah membuat kejahatan. Maka jangan salah kaprah !

Baca Juga : 

9 Tips Menarik Untuk Santri Baru Agar Betah di Pesantren

Pada akhirnya, kita memang tidak menafikan bahwa nilai yang terlihat di lembaran kertas itu penting, apalagi dengan sistem pendidikan Indonesia hari ini, nilai tersebut menjadi acuan bagi siapa saja untuk menilai kualitas seseorang. Namun,  ada variabel lain dalam kehidupan ini yang harus diketahui dan ini jauh lebih penting dari pada nilai yang tertera pada ijazah maupun rapor siswa,  yaitu nilai-nilai moral dan akhlak yang harus melekat pada prinsip kehidupan seseorang, dan ini menjadi modal utama dalam dunia pendidikan “adab lebih tinggi dari pada ilmu”. Maka mengimbangi antara keduanya jauh lebih baik, pintar berilmu dan beradab.
Di Pesantren, Ujian Untuk Belajar Bukan Belajar Untuk Ujian

Untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut, pesantren selalu berusaha mengarahkan santri ke arah yang lebih baik tak terkecuali di masa ujian saja. Tak dapat dibantah, bahwa akhlak terpuji seseorang adalah suatu nilai yang paling mahal pada diri seseorang. Menjadi nilai yang tidak dapat dihargai dengan angka, ia selalu berada diatas segala-galanya yang bermuara pada nilai ibadah dan spiritual seseorang.
“Banyak orang bertitel, tapi tidak berkualitas. Dan banyak orang yang berkualitas, walaupun mereka tidak bertitel.”- KH. Hasan Abdullah Sahal

___________________________________________
Sumber :darunnajah.com  | gontor.ac.id


Bagikan

Jangan lewatkan

Di Pesantren, Ujian Untuk Belajar Bukan Belajar Untuk Ujian
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.