Sabtu, 02 Desember 2017

Ujian Syafahi, Menguji Mental dan Kemampuan Santri


Hikayat Santri | Di pesantren bersistem modern, Ujian Syafahi (Ujian Lisan) masih diandalkan sebagai salah satu metode menguji kemampuan santri sebelum ujian tulis (Tahriri). Ujian Syafahi memiliki peran penting untuk mengukur kemampuan para santri. Para guru dengan mudah dapat melihat langsung sejauh mana santri sudah menguasai pelajaran yang sudah dipelajari selama satu semester dan sejauh mana kesiapan santri tersebut menghadapi ujian tulis (tahriri) nantinya. 

Dalam ujian ini memang tidak semua pelajaran akan diuji, biasanya pelajaran yang diuji pelajaran bersifat pengembangan bahasa dan masalah Fiqh, Bahasa Arab,  mencakupi pelajaran-pelajaran pendukungnya, Bahasa Inggris, dan ditambah dengan pelajaran pendukungnya seperti, Nahwu, Sharf, Balaghoh, Mutholaah dans ebagainya, dan yang terkahir adalah Fiqh, meliputi praktek ibadah santri, kemampuan membaca Al Qur'an, Doa' sehari-hari, hafalan dan sebagainya. Dan pertanyaan yang diajukan pun menggunakan dua bahasa, Bahasa Arab dan Inggris sesuai dengan keterkaitan materi masing-masing. 

Selain itu, menguji mental santri juga salah satu bagian dari tujuan adanya Ujian Syafahi ini, dalam ujian ini para santri akan dihadapkan dengan berbagai karakter penguji. Kekuatan mental santri dipertaruhkan dalam ujian satu ini. Bagi santri yang lemah mentalnya, terkadang sulit menjawab berbagai pertanyaan dari sang penguji, meskipun ia sudah menguasai pelajaran yang akan diuji tersebut. Disini para guru/ustadz/ahnya akan menilai santrinya dan dengan mudah mengetahui mental yang dimiliki oleh santri tersebut sebagai bahan pengembangan dan penggemblengan terhadap santri tersebut kedepannya. 



Didalam ruang ujian, santri akan face to face berdialog dengan sang penguji. Tidak ada teman disamping dan tidak ada yang menolongnya selain kemampuan dirinya sendiri dalam menjawab pertanyaan, meskipun terkadang sang penguji sering menyuruh bertanya ke teman disela-sela ujian berlangsung saat santri tersebut mentok tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penguji. 

Perbedaan karakter penguji juga menjadi tantangan tersendiri bagi santri, ada penguji terlihat sangar tapi ternyata murah senyum, ada penguji terlihat murah senyum, tapi sangat tegas dalam bertanya sehingga santri tersebut terkadang gugup selama dalam ruang ujian. Namun, perbedaan karakter penguji tidak merubah prosedur dan ketentuan ujian syafahi tersebut. 

Semua penguji memilliki standar pertanyaan masing-masing menurut mata pelajarannya, hanya saja para penguji terkadang akan menyesuaikan pertanyaan tersebut menurut kemampuan santrin yang diuji. Para penguji inipun terlebih dahulu ditatar oleh pimpinan mamupun bagian pengajarannya. Para penguji juga dibebani untuk membuat I'dad (persiapan bahan/materi pertanyaan) terlebih dahulu dan kemudian di koreksi oleh musyrif atau guru supervisor masing-masing. 


Adanya perbedaan karakter para penguji adalah hal yang lumrah, karena tidak semua orang sama sifat dan sikap yang dimilikinya. Sama halnya saat seseorang melamar kerja, para para pelamar akan berhadapan dengan interviewer yang berbeda karakter dan berbeda cara bertanya. Namun bagaimanapun perbedaan cara yang digunakan penguji, mereka tetap satu tujuan, ingin menggali lebih dalam tentang santrinya, pengetahuan, sikap, mental dan lain sebagainya. 

Di ujian syafahi ini, akan menjadi masalah besar bagi santri yang tidak mempersiapkan dengan baik, tidak belajar, tidak memahami pelajaran. Para ustadz atau penguji dengan mudah mengetahuinya, yang jawaban mereka dari setiap pertanyaan penguji hanya senyam senyum dan lihat kiri kanan, dan berekpresi seakan-akan dia lupa dan memikirkan jawabannya. 



Selanjutnya, para penguji juga tidak jarang mengangkat suaranya dengan keras dan lantang saat bertanya, atau bahkan menyuruh santrinya untuk keluar ruangan beberapa kali bagi santri yang tidak bisa menjawab sama sekali. Biasanya ini terjadi bagi santri yang saat diajukan pertanyaan yang sangat mudah dan umum diketahui orang lain dan dia tidak mengetahuinya. Tapi, dibaliknya terlihat kerasnya penguji, terjadi hanya sebatas di ruangan ujian. Meskipun demikian, sebahagian santri sudah mulai mencari tahu tentang karakter pengujinya, bahkan saat temannya sedang diuji, mereka tidak sedikit yang berupaya mengintip atau mendengar sebagian pertanyaan atau cara pengujinya bertanya. 


Namun akahir dari segalanya, dibalik banyaknya keluh kesah dan tantangan menghadapi ujian syafahi ini, para santri akan menyadari sejauh mana kemampuannya selama ini. Dan para gurupun sudah memiliki informasi terhadap semua santri yang diuji sejauh mana mereka kuasai pelajaran. Dan diakhir ujian syafahi, para penguji tidak luput menasehati mereka, memotivasi, memberi masukan, menyadarkan mereka bahkan tidak jarang ada santri yang menangis pada sesi akhir dari ujian ini. Dan di ujian ini mental santri benar-benar diuji, apakah mereka siap atau tidak menghadapi ujian.
Sekian.



Bagikan

Jangan lewatkan

Ujian Syafahi, Menguji Mental dan Kemampuan Santri
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.