Hikayat Santri | Di pesantren bersistem modern, Ujian
Syafahi (Ujian Lisan) masih diandalkan sebagai salah satu metode menguji
kemampuan santri sebelum ujian tulis (Tahriri). Ujian Syafahi memiliki peran penting untuk mengukur
kemampuan para santri. Para guru dengan mudah dapat melihat langsung sejauh
mana santri sudah menguasai pelajaran yang sudah dipelajari selama satu
semester dan sejauh mana kesiapan santri tersebut menghadapi ujian tulis
(tahriri) nantinya.
Dalam ujian ini memang tidak
semua pelajaran akan diuji, biasanya pelajaran yang diuji pelajaran bersifat
pengembangan bahasa dan masalah Fiqh, Bahasa Arab, mencakupi
pelajaran-pelajaran pendukungnya, Bahasa Inggris, dan ditambah
dengan pelajaran pendukungnya seperti, Nahwu, Sharf, Balaghoh, Mutholaah dans
ebagainya, dan yang terkahir adalah Fiqh, meliputi praktek ibadah
santri, kemampuan membaca Al Qur'an, Doa' sehari-hari, hafalan dan
sebagainya. Dan pertanyaan yang diajukan pun menggunakan dua bahasa, Bahasa Arab dan Inggris sesuai dengan keterkaitan materi masing-masing.
Selain itu, menguji mental
santri juga salah satu bagian dari tujuan adanya Ujian Syafahi ini, dalam ujian
ini para santri akan dihadapkan dengan berbagai karakter penguji. Kekuatan
mental santri dipertaruhkan dalam ujian satu ini. Bagi santri yang lemah
mentalnya, terkadang sulit menjawab berbagai pertanyaan dari sang penguji,
meskipun ia sudah menguasai pelajaran yang akan diuji tersebut. Disini para
guru/ustadz/ahnya akan menilai santrinya dan dengan mudah mengetahui mental
yang dimiliki oleh santri tersebut sebagai bahan pengembangan dan
penggemblengan terhadap santri tersebut kedepannya.
Didalam ruang ujian, santri
akan face to face berdialog dengan sang penguji. Tidak ada
teman disamping dan tidak ada yang menolongnya selain
kemampuan dirinya sendiri dalam menjawab pertanyaan, meskipun terkadang sang
penguji sering menyuruh bertanya ke teman disela-sela ujian berlangsung saat
santri tersebut mentok tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
penguji.
Perbedaan karakter penguji juga
menjadi tantangan tersendiri bagi santri, ada penguji terlihat sangar tapi
ternyata murah senyum, ada penguji terlihat murah senyum, tapi sangat tegas
dalam bertanya sehingga santri tersebut terkadang gugup selama dalam ruang
ujian. Namun, perbedaan karakter penguji tidak merubah prosedur dan ketentuan
ujian syafahi tersebut.
Semua penguji memilliki standar pertanyaan
masing-masing menurut mata pelajarannya, hanya saja para penguji terkadang akan
menyesuaikan pertanyaan tersebut menurut kemampuan santrin yang diuji. Para
penguji inipun terlebih dahulu ditatar oleh pimpinan mamupun bagian
pengajarannya. Para penguji juga dibebani untuk membuat I'dad (persiapan
bahan/materi pertanyaan) terlebih dahulu dan kemudian di koreksi oleh musyrif atau guru
supervisor masing-masing.
Adanya perbedaan karakter para
penguji adalah hal yang lumrah, karena tidak semua orang sama sifat dan sikap
yang dimilikinya. Sama halnya saat seseorang melamar kerja, para para pelamar
akan berhadapan dengan interviewer yang berbeda karakter dan
berbeda cara bertanya. Namun bagaimanapun perbedaan cara yang digunakan penguji, mereka tetap satu tujuan, ingin menggali lebih dalam tentang santrinya,
pengetahuan, sikap, mental dan lain sebagainya.
Di ujian syafahi ini, akan
menjadi masalah besar bagi santri yang tidak mempersiapkan dengan baik, tidak
belajar, tidak memahami pelajaran. Para ustadz atau penguji dengan mudah
mengetahuinya, yang jawaban mereka dari setiap pertanyaan penguji hanya senyam
senyum dan lihat kiri kanan, dan berekpresi seakan-akan dia lupa dan memikirkan
jawabannya.
Selanjutnya, para penguji juga
tidak jarang mengangkat suaranya dengan keras dan lantang saat bertanya, atau bahkan
menyuruh santrinya untuk keluar ruangan beberapa kali bagi santri yang tidak
bisa menjawab sama sekali. Biasanya ini terjadi bagi santri yang saat diajukan
pertanyaan yang sangat mudah dan umum diketahui orang lain dan dia tidak
mengetahuinya. Tapi, dibaliknya terlihat kerasnya penguji, terjadi hanya sebatas
di ruangan ujian. Meskipun demikian, sebahagian santri sudah mulai mencari tahu
tentang karakter pengujinya, bahkan saat temannya sedang diuji, mereka tidak
sedikit yang berupaya mengintip atau mendengar sebagian pertanyaan atau cara
pengujinya bertanya.
Namun akahir dari segalanya, dibalik
banyaknya keluh kesah dan tantangan menghadapi ujian syafahi ini, para santri
akan menyadari sejauh mana kemampuannya selama ini. Dan para gurupun sudah
memiliki informasi terhadap semua santri yang diuji sejauh mana mereka kuasai
pelajaran. Dan diakhir ujian syafahi, para penguji tidak luput menasehati
mereka, memotivasi, memberi masukan, menyadarkan mereka bahkan tidak jarang ada
santri yang menangis pada sesi akhir dari ujian ini. Dan di ujian ini mental
santri benar-benar diuji, apakah mereka siap atau tidak menghadapi ujian.
Sekian.
Bagikan
Ujian Syafahi, Menguji Mental dan Kemampuan Santri
4/
5
Oleh
Hikayat Santri