Kiprah
Pondok Modern Darussalam Gontor memang tak diragukan lagi bagi bangsa ini,
diumurnya yang lebih tua dari pada umur kemerdekaan Indonesia ini sudah banyak
melahirkan alumninya yang tersebar di seluruh pelosok nusantara bahkan dunia.
Spirit pengabdian
untuk negeri—yang ditanamkan kepada alumninya
membuat nama Gontor semakin harum di mata bangsa bahkan kancah dunia. Karena Gontor
sendiri bukan saja mendidik, tapi lebih dari itu. Tak ayal, dimana kita
berpijak disitu ada Gontor, ada alumninya, ada pondok cabangnya, ada pondok alumniya,
ada usaha alumninya, juga di jajaran pemerintahan.
Secara misi Gontor mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan
umum secara seimbang menuju terbentuknya ulama yang intelek. Gontor juga membumi
di Indonesia dan mengambil peran nyata dalam membangun masyarakat dan bangsa
Indonesia, lewat kiprah para alumninya. Karena Gontor mengokohkan jati dirinya
sebagai lembaga pendidikan yang berorientasi pada kaderisasi pemimpin umat,
perjuangan di masyarakat serta menjadi perekat umat.
Dalam
kunjungan Raja Salman bin Abdul Aziz ke Indonesia yang sangat spektakuler ini,
nampak warna Gontor menghiasi kunjungan penjaga dua Masjidil Haram. Bukan hanya
para alumninya saja, bahkan kiainya pun menjadi sorotan.
Sedari awal
kedatangan Raja Arab Saudi tersebut, sudah nampak para alumni Gontor menyambut
dan mendampinginya. Saat turun dari tangga pesawat di Bandara Halim Perdana
Kusuma Jakarta, Presiden Jokowi menyambutnya dengan hangat.
Warna
Gontor bahkan nampak sejak saat itu. Ada Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama
RI yang mendampingi beliau dari Bandara Halim menuju Istana Bogor dalam satu
mobil. Bahkan di mobil mercedez limosin, Raja Salman hanya ditemani oleh
Menteri Agama yang lulus Gontor pada 1983 dan seorang penerjemah.
Siapakah
penerjemahnya? Tidak lain ialah Dr. Muchlis Hanafi, Kepala LPMA Kemenag yang
mendampingi Presiden Jokowi untuk menerjemahkan percakapan kedua pemimpin
negara tersebut sejak kedatangan di Halim hingga Istana Bogor. Mukhlis adalah
alumni Gontor 1988.
Tak cukup itu, sesampainya di
Istana ada penerjemah presiden lainnya yang merupakan alumni Gontor. Adalah
Syahrul Murojab, alumni Gontor 1999 yang usai menamatkan studinya di Tripoli,
Lybia ia meniti karier sebagai diplomat di Kemenlu. Murojab merupakan salah
seorang putra asli Batang.
Di istana negara saat pertemuan
bilateral, di tengah antara Raja Salman dan Presiden Jokowi terdapat diplomat
Unsil Labib, alumni Gontor 1980 dari unsur KBRI Riyadh. Ia bertugas menjadi
penerjemah pertemuan bilateral tersebut.
Tak luput pula dari sorotan publik,
alumni senior Gontor tahun 1976, Dr. AM Fachir, Wakil Menteri Luar Negeri RI,
salah seorang kabinet yang ikut dalam pertemuan rombongan kedua negara di
Istana. Sebelum menjadi Menlu, Fakhir pernah dua kali menjadi Duta Besar RI di
Kairo dan Riyadh.
Hari ini (2/3), warna Gontor
semakin kentara dengan hadirnya Kyai dan alumni Gontor yang hadir sebagai
undangan Presiden Jokowi pada acara silaturahim tokoh Islam Indonesia dengan
Raja Salman yang digelar di Istana Negara.
KH. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan
Pondok Modern Gontor menjadi nama pertama dalam daftar undangan acara tersebut. Ada pula
sederet nama lain yang diundang yang merupakan alumni Gontor seperti: KH.
Hasyim Muzadi sebagai Wantimpres (alumni 1960an), Prof. Dr. Din Syamsuddin
sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat (alumni 1974), Dr. Hidayat Nur Wahid
sebagai Wakil Ketua MPR RI (alumni 1976), dan Prof. Dr. KH. Ahmad Syatori
Ismail sebagai Ketua Ikatan Dai Indonesia (alumni 1976).
Ada pula dari kalangan pesantren
alumni Gontor yaitu KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani sebagai Pimpinan Ponpes
Al-Amin, Sumenep (alumni 1995). Ayahnya, KH. Tidjani Jauhari yang juga alumni
Gontor (1960an), pada dekade 1980an lama berkiprah di Rabithah Alam Islami yang
berkantor pusat di Makkah dan Dr. KH. Sofwan Manaf sebagai Pengasuh Ponpes
Darunnajah Jakarta (alumni 1987).
Saat Raja Salman mengunjungi Masjid
Istiqlal, di sana _Khadimul Haramain_ yang sangat kharismatik itu disambut
hangat oleh Dr. KH. M. Muzammil Basyuni sebagai Ketua Badan Pelaksana Pengelola
Masjid Istiqlal. Muzammil yang alumnus Gontor 1967 dan pernah menjadi Duta
Besar RI di Damaskus itu dengan fasihnya menjelaskan sejarah dan perkembangan
Masjid Istiqlal di depan Raja Salman dalam kunjungannya ke masjid kebanggaan
Indonesia tersebut.
Kiprah santri alumni Gontor di
pentas nasional maupun internasional tidak diragukan lagi. Din Syamsuddin,
misalnya, kini dipercaya menjadi Presiden World Peace Forum, yaitu sebuah
forum perdamaian dunia yang beranggotakan tokoh-tokoh dunia dan para mantan
kepala negara. Juga Kiai Hasyim Muzadi yang kini menjadi Sekjen ICIS (International Conference of Islamic Scholars), sebuah perhimpunan
intelektual muslim dunia. Sedangkan Hidayat Nur Wahid pernah memimpin
organisasi dewan perwakilan rakyat dunia Islam.
Tidak diragukan lagi sistem
pendidikan pesantren mampu melahirkan tokoh dan pemimpin-pemimpin umat yang
berkiprah baik di kancah nasional maupun internasional. Sehingga tepat jika
dikatakan bahwa pesantren adalah aset bangsa yang sangat penting dalam kerangka
investasi sumber daya manusia Indonesia masa depan yang unggul dan berdaya
saing tinggi.
Gontor dengan sistem KMI-nya, dan
juga puluhan ribu pesantren lainnya telah membuktikan dirinya.
Sumber : FB Anang Rikza
Sumber Foto : facebook
Bagikan
Wow ! Ternyata Ada Peran Alumni Gontor Dibalik Kunjungan Raja Salman Ke Indonesia
4/
5
Oleh
Hikayat Santri