Selagi Nyantri Belajarlah Sungguh-Sungguh, Jangan Nyesal Setelah Jadi Alumni
Masih ingat bait Mahfudzat yang berbunyi ; Ijhad Wala
Taksal Fanadamatul ‘Uqba Liman Yatakasal” ?
Ya. Mahfudzat ini mengingatkan kita agar tidak
bermalas-malasan saat belajar—karena penyesalan hanyalah bagi orang-orang yang malas.
Di pesantren, dengan disiplin belajar yang ketat—tidak
menjamin santrinya akan belajar dengan sungguh-sungguh. Kenapa? Karena kesungguhan
dalam belajar sangat tergantung pada individu santri.
Sejauh mana kamu sadar—sejauh itu pula keseriusan dan
kesungguhanmu dalam belajar. Sebesar mana keinsyafanmu—sebesar itu pula
keberuntunganmu.
Kalau ditanya tentang Mahfudzat Man Jadda Wa Jada pada
setiap santri—mungkin sudah hafal diluar kepala—mereka sudah
mempelajarinya—memahami dan menghafalnya dengan lancar. Namun sayang—sebahagian
mereka hanya sekedar menghafal atau memahami tapi tidak dengan mengamalkannya.
Kapan mereka sadar? Setelah selesai dari pendidikan pesantren
atau jadi alumni.
Gunakan kesempatan yang ada—karena ia akan hilang bila kamu
tidak menggunakannya sebaik mungkin
Pahamilah, bahwa kesempatan itu sangat singkat. Ada banyak
orang yang menyia-nyiakan kesempatan yang akhirnya menyesal. Ambil dan gunakan kesempatan
tersebut—karena bisa jadi kesempatan itu hanya sekali dalam hidupmu.
Baca Juga :
Sebelum Masuk ke Pesantren, Jawab Dulu Pertanyaan ini. Ke Pesantren Apa Yang kamu Cari ?
Maka, selagi masih jadi santri—belajarlah dengan
sungguh-sungguh. Setelah menjadi alumni kamu tidak akan pernah lagi bisa
mengulangi kehidupan jadi santri—karena kesempatan itu telah pergi—hanya
penyesalan yang bisa kamu ratapi. Telambat sudah.
Saat kamu jadi santri—kamu tidak pernah tahu atau belum tahu
bagaimana hidup ini sebenarnya—seandainya semua orang bisa melihat masa
depannya—mungkin mustahil ada orang malas di dunia ini. Tapi sayang, kita tidak
akan pernah tahu akan nasib di kemudian hari. Bertanyalah pada orang-orang yang
sudah duluan hidup—maka kamu akan tahu bagaimana lelahnya kehidupan.
Yakin kamu gak menyesal nanti? Coba tanya ke alumni bagaimana
hidup di luar pesantren—setelah kamu dengar jawabannya—masih mau malas belajar?
Kemungkinan ada dua jawaban saat kamu bertanya kepada
alumni—bagaimana kehidupan setelah jadi alumni. Antara mudah dan susah—mudah
bagi mereka yang belajar sungguh-sungguh—dan susah bagi mereka yang tidak
belajar dengan sungguh-sungguh.
Mengetahui kehidupan orang yang lebih dahulu lahir dari kita
sangat penting. Agar kita bisa mengambil pelajaran hidup. Karena mereka sudah
merasakan bagaimana suka duka getirnya kehidupan. Maka tidak heran—jika
ustadz-ustadzmu sering menasehatimu agar belajar dengan rajin—karena mereka
sudah menjalani kehidupan jauh sebeleum kamu jalani.
Baca Juga :
Mau Sukses di Pesantren ? Jadikan Pesantren Sebagai Pilihan, Bukan Tempat Pelarian
Ingatlah jerih payah orangtua dirumah—niscaya kamu akan
selalu belajar dengan sungguh-sungguh
Pernah gak kamu ingat jasa orang tuamu? Bagaimana mereka
bekerja menafkahi keluargamu—membayar biaya pendidikanmu dan
sebagainya—termasuk jajan dan biaya perlengkapan belajarmu.
Coba kamu hitung setiap hari berapa uang yang kamu terima
setiap minggunya diberikan oleh orang tuamu—berapa biaya yang sudah dikeluarkan
setiap bulannya untuk biaya pendidikanmu.
Ini penting—agar kamu selalu sadar dan memikirkan seribu kali
untuk tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Kemudian di akhir pendidikanmu—coba
kalikan semua berapa biaya yang sudah digelontorkan oleh orang tuamu selama
nyantri.
Terkadang kita butuh menghitung jasa orang tua—agar kita
selalu sadar akan jerih payahnya—terkadang hidayah itu tidak datang
sendirinya—kita mesti bergerak mengerjakan sesuatu agar hidayah itu datang.
Berjanjilah, bahwa kamu akan bayar segala jasa dan jerih
payah orangtuamu dengan kesuksesanmu kelak. Mereka tidak meminta
pertanggungjawaban atas biaya yang telah mereka habiskan untuk kamu—mereka
hanya ingin melihat kamu kelak bertanggung jawab atas dirimu sendiri—menjadi anak
yang shaleh—berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Itu saja.
Jadi, selagi masih nyantri—belajarlah dengan sungguh-sungguh
dan jangan lupa berdoa agar langkahmu di pesantren selalu bersinar. Minta doa
kepada orang tua dan guru. Jadilan santri yang tahu diri.
Sekian !
Baca Juga :